What exactly is the meaning of ‘Sai Baba’? Sai means Sahasrapadma (the thousand petalled lotus), it means Sakshatkara (realisation or direct experience of the Lord), Ayi means mother, and Baba means father. Thus, ‘Sai Baba’ means He who is both Father and Mother and the Goal of all yogic endeavour; the ever-merciful Mother, the All-wise Father, and the Goal of all spiritual efforts. My advent is to establish righteousness (dharma samsthapana). When you are groping in a dark room, you must seize the chance when someone brings a lamp into the room. You should hurriedly collect your belongings that are scattered there, or discover where they are located, or do whatever else you need to do with the light. Similarly make the best of the chance when the Lord descends in a human form and save yourself from disaster. The undue importance that you now attach to the satisfaction of sensual desires must diminish as a result of your association with sacred books and saintly personages.
Jangan berlari mengikuti segenap orang yang mengulang-ulang materi yang ada dalam buku dan memakai jubah dengan meminta-minta. Periksa setiap tingkah laku mereka, niat, nasihat mereka dan hubungan diantara apa yang mereka katakan dan lakukan. Berpeganglah pada keyakinanmu; jangan merubah kesetiaanmu secara langsung saat sesuatu yang tidak diinginkan terjadi atau seseorang membisikkan tentang orang lain! Jangan menurunkan gambar Sai Baba dari altar dan mengganti dengan gambar yang lain karena rasa kecewa untuk pertama kali. Tinggalkan semua pada-Nya; biarkan kehendak-Nya yang terjadi — itu yang seharusnya menjadi sikapmu. Jika engkau tidak melewati kekerasan dan kelembutan, bagaimana engkau dapat dikuatkan? Sambutlah cahaya dan bayanganya, matahari dan juga hujan. Jangan berpikir bahwa hanya mereka yang memuja sebuah gambar dengan perlengkapan yang mewah adalah bhakta. Siapapun yang berjalan lurus sepanjang jalan moral, siapapun yang berbuat seperti yang mereka katakan dan berbicara seperti yang mereka lihat, siapapun yang menjadi sangat tersentuh pada penderitaan orang lain dan berbahagia atas suka cita yang lainnya – mereka adalah bhakta, mungkin lebih hebat dari bhakta. [Divine Discourse, Feb 26, 1961]
-BABA
No comments:
Post a Comment