Sunday, October 15, 2017

Thought for the Day - 13th October 2017 (Friday)

Imagine your son and servant is at home. If your son is pilfering some things or developing bad habits, you will try and control him by correcting, scolding, and persuading him to return to good ways but will never take him and hand him over to the police – will you? On the other hand, if your servant steals a small spoon, at once, you will consider handing him over to the police, isn’t it? What is the inner significance from this situation? The reason for the difference in behavior is the narrow idea 'this boy is my son’. Because the servant does not belong to you, there is no consideration for forbearance and patience! Cultivate the broad idea 'everyone is mine', then, love, patience and forbearance will grow abundantly.


Bayangkan putramu dan pelayan ada di dalam rumah. Jika putramu mengambil sesuatu atau mengembangkan kebiasaan buruk, engkau akan mencoba dan mengendalikannya dengan memperbaiki, memarahi, dan membujuknya untuk kembali ke jalan yang baik namun tidak akan pernah melaporkan putramu ke polisi, bukan? Sebaliknya, jika pelayanmu mencuri sebuah sendok kecil, sekali saja, maka engkau akan melaporkannya ke polisi. Apa makna yang ada di dalam situasi ini? Alasan dibalik perbedaan dalam penanganan adalah karena gagasan yang sempit 'anak ini adalah putra saya’. Karena pelayan bukan milikmu, maka tidak ada pertimbangan untuk kesabaran dan ketabahan! Tingkatkan gagasan yang luas 'setiap orang adalah milikku', kemudian kasih, kesabaran, dan ketabahan akan berkembang dan tumbuh secara melimpah. (Divine Discourse, May 12, 1981)

-BABA

No comments: