Attachment to the body complex implies accumulation and acquisition of things that cater to its needs and greed. Accumulation promotes exploitation, it cannot win Grace. It has no limit! Can a lake be filled with a drizzle? Can live cinders be secured by burning of blades of grass? Thirst increases with each gulp. It always asks for more. Accumulation of things or scholarship or fame can yield no good, unless what is acquired is put to practical use for oneself and others. The wisdom to recognise that the body that you believe in, is in fact only an instrument wielded by you, has to dawn in you. That is the first step to the higher spiritual consciousness. How can renunciation and non-attachment result in joy, one may ask. Discard the sense of egotism while engaged in activity; discard, while experiencing any emotion or reaction, the feeling of being a partaker - then, one can be ever in joy. Then the Bhogi (enjoyer) transforms into a Yogi (spiritually advanced person).
Keterikatan pada tubuh jasmani menandakan penimbunan dan pencarian benda-benda dalam memenuhi kebutuhan dan ketamakannya. Penimbunan mengarah pada eksploitasi dan ini tidak akan bisa mendapatkan rahmat Tuhan karena hal ini tidak memiliki batas! Dapatkah sebuah danau diisi dengan gerimis hujan? Dapatkah arang hidup hanya dengan membakar rumput? Rasa haus bertambah dalam setiap tegukan dan akan selalu meminta lebih banyak. Pengumpulan benda-benda atau kepintaran atau ketenaran tidak dapat menghasilkan yang baik, hanya jika apa yang diperoleh dapat digunakan dan berguna untuk diri sendiri dan yang lainnya. Kebijaksanaan untuk menyadari bahwa tubuh jasmani yang engkau percayai sebagai dirimu sendiri, kenyataannya hanyalah sebuah alat yang dapat engkau manfaatkan, harus mulai jelas dalam dirimu. Itu adalah langkah awal untuk kesadaran spiritual yang lebih tinggi. Bagaimana bisa pengendalian diri dan tanpa keterikatan menghasilkan suka cita, seseorang mungkin bertanya. Buang rasa egois saat melakukan kegiatan; buang, saat mengalami emosi atau reaksi apapun, perasaan menjadi bagian – kemudian, seseorang dapat selamanya dalam suka cita. Selanjutnya Bhogi (penikmat) berubah menjadi seorang Yogi (seseorang berkembang dalam spiritual). (Divine Discourse, Apr 21, 1983)
-BABA
No comments:
Post a Comment