Bharatiya culture condemns violence as bestial and even worse. Though epics and ancient tales of India speak of demons, men and gods as diverse, they are names only for traits, which all share, more or less. Humanity must endeavor to get rid of the dross of demonism and invest itself with splendour of Divinity. Be therefore ever vigilant that your activities do not drag you down into the depths of demonhood; let them elevate you into the heights of Divinity. It is really commendable that so many of you are engaged in Bhajans, Nagar Sankirtan and Namasmarana. Let the Name of the Lord proceed from the heart, not from the lips. Be Prahladas in the land that is sick with too many Hiranyakashipus. The name of the Lord is the Narasimha that will save and sustain! Purify yourselves and purify the atmosphere in which and by which you have to live. That is My advice and My blessing.
Kebudayaan Bharatiya mengutuk kekerasan sebagai binatang dan bahkan lebih buruk lagi. Walaupun epos dan kisah kuno India berbicara tentang raksasa, manusia, dan Dewa berbeda, namun semua nama yang berbeda itu hanya berkaitan pada sifat, yang mana semuanya berbagi, lebih, atau kurang. Umat manusia harus berusaha dengan keras untuk menyingkirkan sifat keraksasaan dan menanamkannya dengan kemegahan dari keilahian. Maka dari itu selalulah waspada agar perbuatanmu tidak menyeretmu sampai pada kedalaman sifat raksasa; biarkan perbuatan itu mengangkatmu pada ketinggian dari keilahian. Adalah sangat patut dipuji bahwa banyak darimu ikut dalam Bhajan, Nagar Sankirtan, dan Namasmarana. Biarkan nama Tuhan muncul dari dalam hati, dan bukan dari bibir. Jadilah seperti Prahlada di negeri yang sakit karena terlalu banyak Hiranyakashipu. Nama Tuhan adalah Narasimha yang akan menyelamatkan dan menopang! Sucikan dirimu sendiri dan sucikan atmosfer dimana engkau harus hidup. Itu adalah pesan dan rahmat-Ku. (Divine Discourse, May 12, 1970)
-BABA
No comments:
Post a Comment