I am concerned with the spiritual arts, the finest arts, rather than the fine arts. I want spiritually elevating subjects to be depicted in dance, like Radha and Krishna and their sublime relationship, which is beyond the ken of people. One must give up themes such as drunkards, evil men, power-drunk personalities, and clowns, which cater to vulgar tastes. Adjust all items of dance and dramatic representation to the spiritual urge in humanity; foster it, fertilise it, and take people a little nearer to the Goal. The human being is a compound of animal and angel, we can say. The human has in it the wolf, the monkey, the bullock, the jackal, the snake, the peacock, the bear —but beneath all these, the pure spark of Divinity is there too. It is the duty of all who cater to the senses to transform the low values that are now pervading and transmute them into higher values.
Aku menaruh perhatian pada seni dalam spiritual, bidang seni yang terbaik daripada seni rupa. Aku ingin mengangkat subjek secara spiritual untuk digambarkan dalam tarian, seperti Radha dan Krishna serta hubungan mereka yang begitu luhur yang melampaui pengetahuan orang-orang. Seseorang harus membuang tema-tema seni yang menggambarkan seperti pemabuk, manusia jahat, kepribadian pemabuk dan badut, yang mana memenuhi selera cita rasa yang rendahan. Sesuaikan semua bagian dari tarian dan penampilan drama untuk dorongan spiritual di dalam diri manusia; kembangkan bagian ini, pupuk hal ini dan bawa orang-orang untuk semakin dekat dengan tujuan. Manusia adalah campuran dari binatang dan malaikat, dapat kita katakan. Manusia di dalam dirinya memiliki serigala, kera, banteng, ular, merak, dan beruang - namun di dalam semuanya itu, percikan suci dari kualitas Tuhan juga ada di sana. Merupakan kewajiban dari semuanya yang melayani indera untuk merubah nilai-nilai rendahan yang sedang meresapi semuanya dan merubahnya menjadi nilai-nilai yang lebih tinggi. (Divine Discourse, Dec 14, 1963)
-BABA
No comments:
Post a Comment