The Upanishads announce certain remedial sadhanas to get rid of constant inner dialogue (manasika-sambhashana), which is an obstacle to inner peace. The first is the regulation of breath (pranayama). This is no gymnastics, nor a formidable exercise. The mind has to concentrate on the period of retention (kumbhaka), on the process of inhaling (puraka) and exhaling (rechaka). When attention is fixed thus, the inner talk on other irrelevant matters will end. And mental strength is acquired. The second sadhana is: immersal in beneficial activity — that is to say, service to people that will help diminish the ego sense, and acts that are good and godly. When one’s thoughts are engaged in such activities, the mind turns away from the talk it indulges in. Again, the sadhanas of listening to spiritual advice, reflection on them and discovering ways and means of confirming faith in the Spirit (sravana-manana-nididhyasana), also of recital of the names of God and withdrawing the mind from sensual pursuits (Japa and tapa), have been prescribed more for the silencing of this mental chatter.
Naskah suci Upanishad menyampaikan pengulangan latihan spiritual (sadhana) tertentu untuk dapat melenyapkan celoteh mental di dalam diri yang terus menerus (manasika-sambhashana), yang mana hal ini merupakan sebuah rintangan untuk ketenangan batin. Hal pertama yang dilakukan adalah pengaturan nafas (pranayama). Hal ini bukanlah seperti senam dan bukan juga sebuah latihan yang berat. Pikiran harus dipusatkan pada periode penahanan nafas (kumbhaka), pada proses penarikan nafas (puraka) dan menghembuskan nafas (rechaka). Ketika perhatian ditetapkan pada ketiga proses ini, maka celoteh di dalam diri berkaitan dengan hal-hal lain yang tidak relevan akan berakhir dan kekuatan mental akan diperoleh. Sadhana yang kedua adalah: tenggelam dalam perbuatan-perbuatan yang bermanfaat – itu disebut dengan pelayanan kepada yang lainnya dimana pelayanan ini akan melenyapkan rasa ego. Seseorang harus terlibat di dalam perbuatan yang baik dan bermanfaat. Ketika pemikiran seseorang sibuk dalam melakukan perbuatan yang baik, maka pikiran akan menjauh dari pembicaraan yang dimilikinya. Lagi sekali, sadhana dalam mendengarkan nasihat spiritual kemudian merenungkannya serta menemukan cara atau sarana untuk menguatkan keyakinan pada jiwa (sravana-manana-nididhyasana), juga pengulangan nama suci Tuhan dan menarik pikiran dari pengejaran yang bersifat sensual (Japa dan tapa), telah dijabarkan lebih banyak lagi untuk menenangkan obrolan atau celoteh di dalam diri. (Vidya Vahini, Ch 18)
-BABA
No comments:
Post a Comment