The unceasing toil of each succeeding day has as its aim and justification this consummation: to make one’s last days sweet and pleasant. But each day also has its evening. If the day is spent in good deeds, then the evening blesses us with deep, invigorating and refreshing sleep, the sleep about which it is said that it is akin to samadhi. One has only a short span of life on earth. But even in this short life one can attain divine bliss by wisely and carefully using the time. Two people, in appearance the same, ostensibly of the same mould, grow under the same conditions, but one turns out to be an angel while the other stays on with their animal nature. What’s the reason for this differential development? Habits, behaviour formed out of these habits, and the character into which that behaviour has solidified. People are creatures of character.
Manusia bekerja keras tiada henti setiap harinya dengan tujuan agar nanti dapat hidup senang di hari tua. Namun setiap hari juga memiliki masa senjanya. Jika hari dihabiskan dalam perbuatan-perbuatan baik, kemudian malam harinya akan diberkati dengan tidur nyenyak yang menguatkan dan menyegarkan, tidur yang semacam itu sama seperti keadaan samadhi. Manusia hanya memiliki masa hidup yang singkat di dunia. Namun bahkan dengan hidup yang singkat ini seseorang dapat mencapai kebahagiaan Tuhan dengan secara seksama dan bijaksana dalam menggunakan waktu. Dua orang yang kelihatan sama, tumbuh dalam keadaan yang sama, namun satu orang menjadi sebaik malaikat sedangkan yang lagi satu tetap berada dalam kecenderungan binatang. Apa alasan dalam perbedaaan perkembangan mereka? Kebiasaan mereka, dari kebiasaan terbentuklah tingkah laku, dan tingkah laku menetap menjadi karakter. Manusia dikuasai oleh karakternya. (Prema Vahini, Ch 5)
-BABA
No comments:
Post a Comment