The mind is made of the warp and woof of wishes. So the first thing to be conquered is the demon of desire. For this, it is unnecessary to wage a huge war. It is also unnecessary to use pleasing words to persuade the desire to disappear. Desires will not disappear for fear of the one or for favour of the other. Desires are objective; they belong to the category of the “seen”. With the conviction that “I am the see-er only, not the seen”, the steady-minded one releases oneself from attachment. By this means, desire is conquered. You must watch the working of the mind from outside it; do not get involved in it. That is the meaning of this discipline. The faculty of the mind is like a strong current of electricity. It has to be watched from a distance and not be contacted or touched. Touch the current, and you are reduced to ashes. So too, contact and attachment give the mind the chance to ruin you. The farther you are from it, the better. By skillful methods, you have to make the best use of it for your own welfare.
Pikiran terbuat dari dasar keinginan. Jadi hal pertama yang harus ditaklukkan adalah iblis dari keinginan. Untuk hal ini, adalah perlu untuk melakukan sebuah perang besar. Adalah juga tidak perlu untuk menggunakan kata-kata yang menyenangkan untuk membujuk agar keinginan pergi dan menghilang. Keinginan tidak akan hilang karena takut atau demi yang lain. Keinginan adalah bersifat objektif; keinginan adalah termasuk ke dalam kategori “terlihat”. Dengan keyakinan bahwa “Aku hanya yang melihat, dan bukan yang terlihat”, pikiran yang tidak tergoyahkan akan melepaskan diri dari keterikatan. Dengan sarana ini, keinginan ditaklukkan. Engkau harus mengawasi kerja dari pikiran dari luar; jangan terlibat di dalam pikiran. Itu adalah makna dari disiplin ini. Penguasaan pikiran adalah seperti arus listrik yang kuat. Aliran arus listrik yang kuat ini harus diawasi dari kejauhan dan bukannya tersentuh. Coba sentuh aliran listrik itu dan engkau akan menjadi abu. Begitu juga, kontak dan kemelekatan memberikan pikiran kesempatan untuk menghancurkanmu. Semakin engkau jauh dari pikiran maka itu adalah semakin baik. Dengan metode yang terampil, engkau harus memanfaatkan pikiran sebaik mungkin untuk kesejahteraanmu sendiri. (Gita Vahini, Ch 5)
-BABA
No comments:
Post a Comment