Many often believe and state in the spirit of surrender: “I
offer to You my body, my mind, my possessions, my all." This is incorrect
and is a sign of ignorance. It concedes that you and God are distinct entities.
God is not separate from you, for God is in all, everywhere, at all times.
(Ishwarassarva-bhoothaanaam). How then can you or God be apart? To see God in
everything, everywhere, at all times, is true surrender (Sharanaagathi).
Repetition of mantras (holy formulae) and platform speeches on holy texts alone
is not true devotion. The real devotee is one whose deeds are in accordance
with the words of advice they utter. Devotion cannot tolerate in a devotee, the
slightest trace of envy or jealousy. Make your daily life holy and pure. Render
your life worth-while through service to man and service to society. That is
the most important aspect of surrendering the self.
Orang-orang menganggap
keadaan pasrah total sebagai berikut: “Aku mempersembahkan badanku, pikiranku,
harta-bendaku, dan semuanya kepada-Mu.” Ini tidaklah benar dan merupakan tanda ketidaktahuan.
Jika engkau meyakini hal tersebut, berarti engkau dan Tuhan adalah entitas yang
berbeda. Tuhan tidak terpisah darimu, karena Tuhan ada dalam semuanya, di
mana-mana, dan setiap saat. (Ishwarassarva-bhoothaanaam). Bagaimana kemudian engkau
atau Tuhan menjadi terpisah? Melihat Tuhan dalam segala hal, di mana-mana, dan setiap
saat, inilah yang disebut dengan pasrah total (Sharanaagathi). Hanya mengucapkan
mantra dan menyampaikan isi kitab suci di podium/mimbar bukanlah merupakan pengabdian
sejati. Devotee/bhakta sejati adalah mereka yang perbuatannya sesuai dengan apa
yang diucapkannya. Bagi seorang bhakta, janganlah ada sedikitpun jejak iri atau
cemburu. Buatlah hidupmu suci dan murni. Jadikanlah hidupmu bernilai melalui
pelayanan kepada manusia dan pelayanan kepada masyarakat. Itulah aspek terpenting
dari penyerahan diri.
-BABA
No comments:
Post a Comment