Date: Wednesday, October 03, 2012
In the firmament of the heart, the intellect (sun) and the
mind (moon) revolve on their regular courses. If envy, greed, hate or malice
dim the glory, they are to be dismissed as passing clouds that cannot affect
the sources of light. The more you reason out things, the clearer will become
the reality. Reasoning power will never hinder the discovery of the Truth; only
you have to go as far as reason can take you; then you can see the vast vistas
beyond. Man has been endowed with enormous, immeasurable talents, skills and
power; but is using all that to travel to the moon, instead of journeying
towards the wonderland of one’s own inner realms, where one can come face to
face with God who is the Inner Reality of this entire phenomenal world.
Dalam cakrawala hati, kecerdasan
(matahari) dan pikiran (bulan) berputar sesuai program regulernya. Jika
kecemburuan, keserakahan, kebencian atau dengki mengurangi kemuliaannya, semuanya
itu harus dihentikan dapat diibaratkan seperti awan yang tidak dapat
mempengaruhi sumber cahaya (matahari). Semakin engkau membuat suatu alasan tertentu,
maka akan menjadi suatu kenyataan. Daya nalar tidak akan pernah menghambat Kebenaran.
Manusia telah diberkati bakat yang beragam, keterampilan, dan kemampuan, yang
luar biasa, tetapi manusia menggunakan semua itu untuk melakukan perjalanan ke
bulan, bukannya melakukan perjalanan
menuju alam batin, di mana seseorang dapat bertatap muka dengan Tuhan yang sesungguhnya
adalah Realitas dari semua fenomena di dunia ini.
-BABA
Date: Thursday, October 04, 2012
Repeating the Name of God saved Prahladha from the agony of
torture. He learnt the Sacred Name and understood its sweetness. He chanted it
constantly and internalized its nectarine taste. When the enraged elephant
rushed towards him, he did not call out for his physical parents to rescue him;
he instantaneously cried out ”Narayana”. The Lord is the source of strength for
the weak and the strong; He is the Supreme Power. When Prahladha took the Name
of the Lord, enraged elephants backed out, no fire could touch him and no
poison could affect him. The Lord’s Name was his armour, his shield, his
breath, infact his very life. For chanting the Divine Name, no expense is
involved, no materials are needed, no special place or time is required.
Scholarship, caste or creed does not matter. When a piece of iron is rubbed on
a slab of stone, heat is generated. So too, in order to generate sufficient
heat to melt the soft heart of the Lord, repeat the Divine Name vigorously and
constantly. Then, the Lord will shower His Grace.
Menchantingkan Nama Tuhan menyelamatkan Prahladha
dari penderitaan. Prahladha telah mengetahui Nama Suci Tuhan dan telah memahami
manis/indahnya Nama Suci tersebut. Dia terus-menerus menchantingkan Nama Tuhan dan
menjiwai rasa nektar/manisnya Nama Tuhan. Ketika ada gajah yang sedang marah
mnuju ke arahnya, dia tidak memanggil orang tuanya untuk menyelamatkannya, seketika
ia berteriak "Narayana". Tuhan adalah sumber kekuatan baik bagi yang
lemah dan yang kuat, Dia adalah Sumber Kekuatan. Ketika Prahladha memanggil Nama
Tuhan, gajah itu mundur, tidak ada api yang
bisa menyentuhnya dan tidak ada racun yang bisa mempengaruhinya. Nama Tuhan adalah
baju besinya, perisainya, napasnya. Untuk melantunkan Nama Tuhan, tidak ada
biaya yang dikeluarkan, tidak ada bahan yang diperlukan, tidak ada tempat atau
waktu khusus yang diperlukan. Apapun pendidikannya, kastanya, atau keyakinannya
tidak masalah. Ketika sepotong besi digosokkan pada lempengan batu, maka akan
dihasilkan panas. Demikian juga, untuk menghasilkan panas yang cukup untuk melelehkan
hati Tuhan yang lembut, engkau hendaknya menchantingkan Nama Tuhan secara terus-menerus dan penuh semangat, maka Tuhan akan mencurahkan Rahmat-Nya.
-BABA
No comments:
Post a Comment