Date: Friday, February 22, 2013
The
greatest obstacle in the path of surrender is egoism (ahamkaram) and
Attachment or Possessiveness (mamakaram). This is ingrained in your
personality since ages and its tentacles go deeper and deeper with the
experience of every succeeding life. It can be removed only by the twin
detergents of discrimination and renunciation. Devotion is the water to
wash away this dirt of ages, and the soap of japam, dhyaanam and yoga
(repetition of God's name, meditation and communion) will help to remove
it quicker and more effectively. Slow and steady progress will surely
win the race in this one; quicker means of travel can spell disaster.
Proceed step by step in your spiritual practices - placing one steady
step before you take the next. Do not waver or slide back two paces with
one step forward. Cultivate deep faith - that will make your progress
steady!
Hambatan
terbesar dalam surrender (pasrah total) adalah egoisme (ahamkaram) dan
kemelekatan atau posesif (mamakaram). Hal ini sudah mendarah daging dan
mengakar dalam kepribadianmu sejak zaman dahulu kala dengan
keberhasilan kehidupan yang engkau alami. Hal ini hanya dapat
dibersihkan dengan deterjen kembar yaitu diskriminasi dan renunciation
(melepaskan kehidupan duniawi). Pengabdian (bhakti) adalah air yang
digunakan untuk membersihkan kotoran pada zaman ini, sabunnya adalah
japam, dan dhyaanam serta yoga yang akan membantu untuk membersihkannya
lebih cepat dan lebih efektif. Kemajuan yang mantap secara
perlahan-lahan pasti akan memenangkan hambatan ini; artinya dengan cara
lebih cepat dapat mengatasi segala cobaan. Engkau hendaknya meneruskan
langkah demi langkah dalam praktek spiritualmu - ambillah satu langkah
yang mantap sebelum engkau mengambil langkah berikutnya. Janganlah goyah
atau tergelincir dua langkah dari satu langkah maju yang telah
dilakukan. Kembangkanlah keyakinan yang mendalam - yang akan membuat
kemajuan langkah spiritualmu lebih mantap!
-BABA
Date: Saturday, February 23, 2013
Have
you not heard the story of the lion suffering from a wound in the foot?
A slave who was fleeing through the forest saw it and when he
approached it with sympathy, the lion put out its paw. He then slowly
pulled out the thorn that had caused all that pain and left the place,
only to be arrested later and taken to Rome. There, they decided to
throw him into the amphitheatre and let loose upon him a lion that had
been recently captured. It was, however, the same lion which the slave
had saved and so, its gratitude did not allow it to harm its saviour.
See, even animals exhibit gratitude, not only the pet animals, but even
the wild ones like the lion. Express your gratitude to the Creator who
has poured into you nectar that grants immortality! Be grateful to the
Lord for endowing you with powers of discrimination, detachment and
evaluation.
Apakah
engkau tidak pernah mendengar kisah penderitaan singa yang terluka
kakinya? Seorang budak yang melarikan diri melalui hutan melihatnya dan
ketika ia mendekati singa tersebut dengan penuh simpati, singa itu
kemudian memberikan kakinya. Dia kemudian perlahan-lahan mengeluarkan
duri yang telah menyebabkan semua rasa sakit dari singa itu dan
meninggalkan tempat itu, selanjutnya ia ditangkap kemudian dibawa ke
Roma. Di sana, mereka memutuskan untuk melemparkannya ke amphitheater
(gedung pertunjukan) dan membiarkannya dengan seekor singa yang telah
ditangkap baru-baru ini. Ternyata disana ada singa yang sama yang telah
diselamatkannya dan singa tersebut berterima kasih kepadanya dengan
tidak menyakiti sang juru selamatnya. Lihatlah, bahkan hewan mampu
memperlihatkan rasa terima kasih, tidak hanya hewan peliharaan, tetapi
bahkan hewan liar seperti singa. Engkau hendaknya mengucapkan rasa
terima kasih-mu kepada Sang Pencipta yang mana Beliau telah memberkati
kita dengan nektar keabadian! Bersyukurlah kepada Tuhan karena Beliau
memberkati engkau dengan kekuatan diskriminasi, tanpa kemelekatan, dan
evaluasi.
-BABA
No comments:
Post a Comment