The temptation to ignore Dharma grows from egoism and the acceptance of false values. The wish to satisfy the lower desire is the root of adharma (unrighteousness). This wish takes hold of you slyly, pretending to be a comrade come to save you, or like a servant come to attend on you, or like a counsellor come to warn you. Wickedness has a thousand tricks to capture your heart. You must be ever alert against the temptation; you often remind others of Dharma when you desire to squeeze some advantage from them. You must remember not only the rights that Dharma confers but also the duties it imposes.
Godaan untuk mengabaikan Dharma tumbuh dari egoisme dan penerimaan nilai-nilai yang salah. Keinginan untuk memuaskan keinginan yang lebih rendah adalah akar dari adharma (ketidakbenaran). Keinginan ini mempengaruhi dirimu dengan cara yang licik, berpura-pura menjadi seorang kawan yang datang untuk menyelamatkanmu, atau seperti seorang pelayan yang mengikutimu, atau seperti seorang konselor yang datang untuk memperingatkanmu. Kejahatan memiliki seribu trik untuk menangkap hatimu. Engkau harus selalu waspada terhadap godaan, engkau sering mengingatkan yang lainnya tentang Dharma ketika engkau ingin mendapatkan keuntungan dari mereka. Engkau harus ingat bahwa Dharma tidak hanya menganugerahkan hak-hak tetapi juga kewajiban.
-BABA
Sunday, March 31, 2013
Thought for the Day - 31st March 2013 (Sunday)
Saturday, March 30, 2013
Thought for the Day - 30th March 2013 (Saturday)
Be fixed in the consciousness that you are the immortal Atma - holy, pure and Divine. This will give you unshakable courage and strength. Then you will develop mutual love and respect. Tolerate all kinds of persons and opinions, all attitudes and peculiarities. The school, your home, your workplace and the society - all of these are training grounds for tolerance. Each one must be aware of their duties and rights. All relationships must be based on love, and not fear. Only the atmosphere of love can guarantee happy co-operation and concord. Above all, be good, honest and well-behaved. That will make your degrees and achievements more desirable and valuable.
Engkau hendaknya menetapkan dalam kesadaranmu bahwa engkau adalah Atma yang abadi - suci, murni, dan merupakan perwujudan Tuhan. Ini akan memberikan kepadamu keberanian dan kekuatan yang tak tergoyahkan. Kemudian engkau akan mengembangkan rasa saling cinta-kasih dan saling menghormati, sabar menghadapi berbagai jenis orang dan pendapat, serta berbagai jenis sikap dan keanehan. Sekolah, rumah, tempat bekerja dan masyarakat - semuanya ini adalah latihan dasar untuk toleransi. Masing-masing harus menyadari akan kewajiban-kewajiban dan hak-haknya. Semua hubungan harus didasarkan pada cinta-kasih, dan rasa tidak takut. Hanya suasana cinta-kasih yang dapat menjamin tercapainya kebahagiaan. Di atas segalanya, engkau hendaknya menjadi orang yang baik, jujur dan berkelakuan baik. Itu akan membuat derajat dan pencapaianmu lebih diinginkan dan berharga.
-BABA
Friday, March 29, 2013
Thought for the day 29th March 2013 (Friday)
‘Speak the Truth and Practice Righteousness, Sathyam Vada Dharmam Chara,’ says the scriptures. They also declare Sathyam Naasthi Paro Dharmaha - there is no dharma or law greater than Truth. Note that the Vedic injunction is “Dharmam Chara” - Practice Right Conduct. It is not enough if you learn about it, you must practice it, fill every moment with thoughts, words and deeds that reflect your awareness of this Dharma. Such a life is the hallmark of one who possesses true good character. And it is this character which the scriptures refer to as one’s best ornament.
Kitab suci menyatakan,'Katakan Kebenaran dan Praktikkan Kebajikan, Sathyam Vada Dharmam Chara.' Kitab suci juga menyatakan Sathyam Naasthi Paro Dharmaha - tidak ada dharma atau hukum yang lebih tinggi daripada Kebenaran. Perhatikan bahwa perintah Veda adalah "Dharmam Chara" - Praktikkan Kebajikan. Adalah tidak cukup jika engkau hanya mempelajarinya saja, engkau harus mempraktikkannya, isilah hari-harimu setiap saat dengan pikiran, perkataan, dan perbuatan yang mencerminkan kesadaranmu pada Dharma. Manusia sejati adalah ia yang memiliki karakter yang baik, dan dalam kitab suci disebutkan bahwa karakter ini adalah ornamen yang terbaik.
-BABA
Thursday, March 28, 2013
Thought for the Day - 28th March (Thursday)
When plans are laid by the rulers for the uplift of the people and for training the children of the land, I want that the ancient wisdom of Bharath, still preserved and practised by scholars, be consulted. That will keep the keel of the ship straight. I want that the knowledge embodied in the Upanishads should be handed down to everyone. Bhakthi or devotion-directed education must take precedence over the Bhukthi or enjoyment-directed learning that prevails today in most countries of the world. Bhakthi is the yearning which goads you onto the spiritual discipline which will endow you with the Supreme Wisdom. Have both - faith and steadiness - in this pursuit, and you will win.
Ketika rencana-rencana diletakkan oleh para penguasa untuk mengangkat rakyat dan untuk mendidik anak-anak negeri, Aku ingin bahwa kebijaksanaan kuno dari Bharath (India), masih dipertahankan dan dipraktikkan oleh para terpelajar. Hal itu akan menjaga kapal tetap berjalan lurus. Aku ingin bahwa pengetahuan yang terkandung dalam Upanishad harus diturunkan untuk semua orang. Bhakthi atau pengabdian harus lebih diutamakan daripada Bhukthi atau kenikmatan yang berlaku saat ini di sebagian besar negara di dunia. Bhakthi adalah kerinduan yang mendorongmu ke disiplin spiritual yang akan memberkatimu dengan Kebijaksanaan Agung. Milikilah keduanya - keyakinan dan kemantapan - dalam pengejaran ini, dan engkau akan menang.
-BABA
Wednesday, March 27, 2013
Thought for the Day - 27th March 2013 (Wednesday)
While studying other things, you should learn the secret of shanti (peace) also. This opportunity should not be missed, for that is the wisdom which will save you. For without Peace, life is a nightmare. The present system of education aims at making you breadwinners and citizens, but it does not give you the secret of a happy life; namely discrimination between the unreal and the real, which is the genuine training you need. The cultivation of viveka (discrimination) is the chief aim of education; the promotion of virtuous habits and the strengthening of Dharma (righteousness) - these are to be attended to; not the acquisition of polish or gentlemanliness, or collection of general information and the practice of common skills.
Sementara mempelajari hal-hal yang lain, engkau juga harus mempelajari rahasia shanti (kedamaian). Kesempatan ini tidak boleh dilewatkan, karena hal itu adalah kebijaksanaan/pengetahuan yang akan menyelamatkanmu. Tanpa kedamaian, hidup adalah mimpi buruk. Sistem pendidikan sekarang ini bertujuan untuk mencari nafkah, tetapi tidak memberikan rahasia agar hidup bahagia; yakni diskriminasi yaitu kemampuan untuk membedakan antara yang nyata dan tidak nyata, dimana ini adalah latihan sebenarnya yang engkau perlukan. Mengembangkan Viveka (diskriminasi) adalah tujuan utama pendidikan; meningkatkan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan memperkuat Dharma (kebajikan) - ini harus diikuti; jangan hanya bisa berbudi bahasa halus atau bertingkah laku sopan, atau mengumpulkan informasi umum dan mempraktikkan keterampilan umum.
-BABA
Tuesday, March 26, 2013
Thought for the Day - 26th March 2013 (Tuesday)
Monday, March 25, 2013
Thought for the Day - 25th March 2013 (Monday)
Sunday, March 24, 2013
Thought for the Day - 24th March 2013 (Sunday)
The system of education, which promotes an attitude of contempt towards learning that does not yield monetary benefits, is largely responsible for the neglect of great scriptures and saints. Another cause is the general decline in the moral standards of living. When all are sliding down the easy path of flippancy, those who advise against it and warn about the inevitable disaster are ignored and laughed at. Sunk in the search of pleasures and cheap recreation, people become deaf to the counsels of the ancient and calls of the sublime. Scriptures are like traffic signals in a busy junction. If the signals are removed, the journey is rendered slow and difficult, filled with accidents and chaos. We cannot afford to destroy them. We have to restore them for the well-being of humanity.
Sistem pendidikan, yang mengembangkan sikap yang rendah terhadap pembelajaran tidak akan menghasilkan manfaat moneter, sebagian besar bertanggung jawab atas pengabaian terhadap kitab-kitab suci dan orang-orang suci. Penyebab lainnya adalah terjadinya penurunan secara umum dalam standar moral hidup. Ketika semua sedang meluncur menuruni jalanan yang rendah dan tidak bermoral, orang-orang yang memberikan saran-saran yang berlawanan yaitu saran-saran yang baik dan memperingatkan tentang bencana yang tak terelakkan, diabaikan dan ditertawakan. Tenggelam dalam pencarian kesenangan dan hiburan yang rendah, orang-orang menjadi tuli pada nasihat kuno dan panggilan yang luhur. Kitab Suci dapat diibaratkan seperti sinyal lalu lintas di persimpangan jalan yang ramai. Jika sinyal tersebut dihilangkan, maka perjalanan akan menjadi lambat dan sulit, penuh dengan kecelakaan dan kekacauan. Kita tidak mampu untuk mengakhirinya, oleh karena itu, kita harus mengembalikan semuanya bagi kesejahteraan umat manusia.
-BABA
Saturday, March 23, 2013
Thought for the Day - 23rd March 2013 (Saturday)
Friday, March 22, 2013
Thought for the Day - 22nd March 2013 (Friday)
Thursday, March 21, 2013
Thought for the Day - 21st March 2013
Pay attention to your physical health. Satisfy the demands of Nature. Otherwise your head would reel and your eyes might get blurred through exhaustion. The car must be given the fuel it needs, is it not? Maintain your body well as an instrument for a higher purpose. How can the thoughts of the Lord be stabilized in a weak frame? A road roller is fed with oil, coal and other types of fuel. But why is it fed and well-maintained? In order to lay and mend the road, is it not? So too be careful not to forget the purpose of this body, even as you tend to it. Never forget that you have been gifted this body, so you might realize the Lord and end the cycle of birth and death.
Perhatikanlah kesehatan fisikmu. Patuhilah aturan Alam semesta. Ketika engkau merasa kelelahan, kepalamu akan terhuyung-huyung dan pandangan matamu mungkin akan kabur. Bukankah, mobil harus diberikan bahan bakar sesuai yang dibutuhkan? Untuk itu, engkau hendaknya menjaga badan fisik ini dengan baik sebagai alat untuk tujuan yang lebih tinggi. Bagaimana engkau bisa merenungkan Tuhan dengan mantap dengan badan fisik yang lemah? Sebuah road roller diberi bahan bakar minyak, batubara, dan jenis-jenis bahan bakar lainnya. Tetapi mengapa harus diberi bahan bakar dan dipelihara dengan baik? Hal itu dilakukan, bukankah dengan tujuan untuk memperbaiki jalan? Demikian juga berhati-hatilah, jangan melupakan tujuan dari badan jasmani ini. Jangan pernah lupa bahwa engkau telah diberkati dengan badan jasmani ini, sehingga engkau bisa menyadari Tuhan dan mengakhiri siklus kelahiran dan kematian.
-BABA
Wednesday, March 20, 2013
Thought for the Day - 20th March 2013 (Wednesday)
Tuesday, March 19, 2013
Thought for the Day - 19th March 2013 (Tuesday)
Monday, March 18, 2013
Thought for the Day - 18th March 2013 (Monday)
Believe Me, your nature is Sath-Chith-Ananda (Existence, Consciousness and Absolute Bliss). That is why you behave in the way you do. You desire to exist for ever; you enjoy life and avoid all talk of your own death. That is enough evidence to conclude that you are Reality in essence (Sath-swarupa). Then, again, you are filled with wonder and curiosity and a desire to know the world around you. You ask continuously what, why, how and when, about all and sundry. This is the prompting that is given by the Consciousness (Chith). Lastly, you are always seeking joy and try to avoid grief. It is your nature to do so, for you are essentially Bliss. When someone asks you, "How do you do?" and you answer, "Quite well, thank you," they do not stop to enquire why you are well. It is only when you answer that you are ill, you are further questioned anxiously. "Well-ness" is natural; "illness" unnatural. Anxiety is caused only by the unnatural. So, in essence you are happiness.
Percayalah pada-Ku, sifatmu yang sejati adalah Sath-Chith-Ananda (Keberadaan, Kesadaran, dan Kebahagiaan). Itulah mengapa engkau berperilaku dalam cara yang engkau lakukan. Engkau ingin hidup selamanya; engkau menikmati hidup dan menghindari semua pembicaraan tentang kematianmu sendiri. Itulah bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa engkau pada dasarnya adalah Realitas (Sath-swarupa). Ditambah lagi, engkau dipenuhi dengan rasa penasaran dan ingin tahu dan keinginan untuk mengenal dunia di sekitarmu. Engkau terus bertanya-tanya apa, mengapa, bagaimana dan kapan, tentang segala-galanya. Ini di dorong oleh Kesadaran (Chith). Terakhir, engkau selalu mencari kebahagiaan dan mencoba untuk menghindari kesedihan. Inilah sifatmu yang sejati, karena engkau pada dasarnya adalah kebahagiaan. Ketika seseorang bertanya kepadamu, "Bagaimana kabarmu?" dan engkau menjawab, "Sangat baik," mereka tidak berhenti untuk menanyakan mengapa engkau baik. Hanya bila engkau menjawab bahwa engkau sakit, engkau mendapatkan pertanyaan lebih lanjut. "Sehat" itu alamiah, "sakit" itu tidak alami. Kecemasan terjadi disebabkan oleh yang "tidak alami" ini. Jadi, pada dasarnya engkau adalah perwujudan kebahagiaan.
-BABA
Sunday, March 17, 2013
Thought for the day - 17th March 2013 (Sunday)
When you learn to ride a bicycle, you do not get the skill of balancing immediately. You push the cycle along to a safe and open ground, hop and skip, leaning now and then on one side and another, and make many an attempt to get the balance. Once you get the skill, you never even think or worry about balancing. You automatically make the necessary adjustments. You can now ride through narrow streets and lanes, and even through crowded alleys – you no longer need the large, safe, open ground! So too, practice alone will equip you with deep concentration, that will sustain you even in your most difficult situation. Hence, do not get discouraged that you are not able to concentrate on prayer or meditation for long. It is just the start!
Ketika engkau belajar naik sepeda, engkau tidak dengan segera mendapatkan keterampilan keseimbangan. Engkau mendorong sepeda di sepanjang tanah lapang yang aman, melompat naik turun, miring di satu sisi dan kemudian di sisi yang lainnya, dan membuat berbagai upaya untuk mendapatkan keseimbangan. Setelah engkau mendapatkan keterampilan tersebut, engkau bahkan tidak pernah berpikir atau khawatir tentang keseimbangan. Secara otomatis engkau melakukan penyesuaian yang diperlukan. Sekarang engkau bisa mengendarai sepeda di jalan-jalan yang sempit dan bahkan di gang yang sangat sempit - engkau tidak lagi membutuhkan tanah lapang yang luas dan aman! Demikian juga, hanya praktik spiritual yang akan membekalimu dengan konsentrasi yang mendalam, yang akan mendukungmu bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Oleh karena itu, janganlah berkecil hati jika engkau tidak dapat berkonsentrasi dalam waktu yang lama saat engkau berdoa atau bermeditasi. Ini hanyalah suatu permulaan!
-BABA
Saturday, March 16, 2013
Thought for the Day - 16th March 2013 (Saturday)
Friday, March 15, 2013
Thought for the Day - 15th March 2013 (Friday)
Repetition of God’s Name (japam) and meditation (dhyana) are the means by which you can accelerate the concretisation of Divine Grace, in the Name and Form you yearn for. The Lord has to and will assume the Form you chose, the Name you fancy and the way you want Him to be. Therefore do not change the Name and Form you adore mid-way; but select and stick to the One that pleases you most, whatever the difficulty you encounter or however long it takes! All agitations must cease one day, is it not? The dhyana of the Form and the japam of the Name - that is the only means for this task.
Pengulangan Nama Tuhan (japam) dan meditasi (dhyana) adalah cara yang dapat mempercepat mencapai berkat Tuhan, dalam Nama dan Wujud Tuhan yang engkau rindukan. Tuhan akan mengambil dan memberi Wujud Tuhan yang engkau pilih, Nama Tuhan yang engkau sukai dan dengan cara apa yang engkau inginkan Beliau menjadi. Oleh karena itu janganlah mengubah Nama dan Wujud Tuhan yang engkau puja di pertengahan jalan; tetapi pilihlah salah satu Nama dan Wujud Tuhan yang paling menyenangkanmu, apa pun kesulitan yang engkau hadapi atau berapa lama waktu yang dibutuhkan! Bukankah, semua agitasi harus berhenti suatu hari nanti? Dhyana dari Wujud Tuhan dan japam dari Nama Tuhan tersebut - inilah satu-satunya cara yang hendaknya engkau lakukan.
-BABA
Thursday, March 14, 2013
Thought for the Day - 14th March 2013 (Thursday)
When on a pilgrimage, without adequate mental preparation, you may not be able to receive the Grace of God! During pilgrimage, do not act like a postal parcel, which moves from place to place, collecting impressions on the outer wrapper, but not on the core being. Your purpose for a pilgrimage is to strengthen your spiritual inclinations and let the holiness of the place settle in your mind. As a result, your habits must change for the better and your outlook must widen. Your inward vision must become deeper and steadier. You must realize the Omnipresence of God and the oneness of Humanity. You must learn tolerance, patience, charity and service. After the pilgrimage is over, sitting in your own home and ruminating over your experiences you must determine to seek. Aspire to get higher, richer and more real experience of God realization.
Ketika melakukan peziarahan (perjalanan suci), tanpa persiapan mental yang cukup, engkau mungkin tidak dapat menerima berkat Tuhan! Selama peziarahan ini, janganlah seperti paket pos, yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya, menimbulkam kesan pada pembungkus luarnya, tetapi tidak pada isinya. Tujuanmu untuk melakukan peziarahan adalah untuk memperkuat spiritualmu dan biarkanlah kesucian tempat tersebut dapat menenangkan pikiranmu. Dengan demikian, kebiasaanmu berubah menjadi lebih baik dan pandanganmu menjadi lebih luas. Pandangan batinmu harus lebih mendalam dan lebih mantap. Engkau harus menyadari tentang kesatuan umat manusia dan bahwa Tuhan ada dimana-mana. Engkau harus belajar toleransi, kesabaran, cinta-kasih dan pelayanan. Setelah menyelesaikan peziarahan ini, duduklah di rumahmu sendiri dan merenungkan apa yang telah engkau alami selama peziarahan tersebut. Berusahalah untuk mendapatkan yang lebih tinggi, lebih berharga dan pengalaman yang lebih nyata untuk menyadari Tuhan.
-BABA
Wednesday, March 13, 2013
Thought for the Day - 13th March 2013 (Wednesday)
The greatest defect today is the absence of Self-Inquiry (Aathma Vichara), which is the root cause of all restlessness. If you are eager to know the truth about yourself, then you will never go astray. All pots are made of mud, all ornaments of gold, and all clothes are of yarn. Here, even though you see so much diversity, there is a unity. The basic substance of everyone is the Supreme Self (Brahman). It is your basis too! Just as a river’s flow is regulated by the bunds, and flood waters are directed to the sea, so too the Upanishads regulate and restrict the senses, mind and intellect, to help you reach the Divine and merge the individual in the Absolute. Scanning a map or a guide book will not give you even a fraction of joy of the actual visit! Scriptures are only maps and guidebooks. Act in accordance and experience bliss.
Saat ini, kesalahan terbesar yang merupakan akar penyebab dari semua kegelisahan karena tidak adanya Self-inquiry/penyelidikan ke dalam diri (Aathma Vichara). Jika engkau memiliki keinginan untuk mengetahui kebenaran tentang dirimu, maka engkau tidak akan pernah tersesat. Semua pot terbuat dari lumpur, semua ornamen emas, dan semua pakaian terbuat dari benang. Di sini, bahkan jika engkau melihat begitu banyak keanekaragaman, ada satu kesatuan. Substansi dasar dari setiap orang adalah Supreme self (Brahman), yang juga merupakan dasarmu! Sama seperti aliran sungai yang diatur oleh dam dan air banjir diarahkan ke laut, demikian juga Upanishad mengatur dan membatasi indera, pikiran dan intelek, untuk membantumu mencapai Divine/Ilahi dan menyatukan individu dengan Yang Absolut. Memindai peta atau buku panduan tidak akan memberikan kepadamu bahkan sebagian kecil dari sukacita melakukan kunjungan yang sesungguhnya! Kitab suci adalah satu-satunya peta dan buku panduan. Bertindaklah yang sesuai maka engkau akan mengalami kebahagiaan.
-BABA
Monday, March 11, 2013
Thought for the Day - 12th March 2013 (Tuesday)
The mariner uses his compass to guide him aright amidst the dark storm clouds and raging waves. When a person is overwhelmed by the dark clouds of despair and the raging confusion of irrepressible desires, he too, has a compass which will point to him the direction he has to take. That compass is a society that is dedicated to the propagation of spiritual discipline. So long as man is attracted by outer nature, he cannot escape the blows of joy and grief, of profit and loss, of happiness and misery. But, if he is attracted by the Glory of God within him as well as within Nature, he can be above and beyond these dualities and in perfect peace.
Para pelaut menggunakan kompas untuk membimbing mereka dengan benar di tengah-tengah awan badai gelap dan gelombang yang berkecamuk. Ketika seseorang kewalahan oleh awan gelap keputusasaan dan kebingungan yang berkecamuk dalam dirinya, ia juga memiliki sebuah kompas yang akan menunjukkan kepadanya arah yang seharusnya ia ambil. Kompas itu adalah masyarakat yang didedikasikan untuk penyebaran disiplin spiritual. Selama manusia masih tertarik dengan hal-hal yang bersifat duniawi, ia tidak bisa lepas dari pukulan sukacita dan kesedihan, untung - rugi, serta kebahagiaan dan kesedihan. Tetapi, jika ia tertarik dengan kemuliaan Tuhan baik yang ada dalam dirinya maupun dalam Alam semesta, ia bisa berada di atas dan di luar dualitas tersebut dan mencapai kedamaian yang sempurna.
-BABA
Thought for the Day - 11th March 2013 (Monday)
At first look, everyone appears to be a devotee, but individuals respond differently to different circumstances. If you keep a ball of iron and dry leaf side by side, when there is no wind, both of them will be firm and steady. But when there is a breeze, the dry leaf will be carried many miles away. The iron ball will remain firm and steady. If one has true love and firm faith in God, one will be like an iron ball, steady and undisturbed. If one is like a leaf running away on account of difficulties and problems, it is a travesty to call such a person a devotee. We should develop pure and steady love and faith.
Pada pandangan yang pertama kali, semua orang tampak sebagai pemuja/bhakta, tetapi setiap individu merespon secara berbeda terhadap situasi yang berbeda. Jika engkau menempatkan bola besi dan daun kering secara berdampingan, ketika tidak ada angin, keduanya akan tetap ditempatnya. Tetapi ketika ada angin, daun kering akan terbawa oleh angin bahkan bermil-mil jauhnya, sementara bola besi akan tetap berada di tempatnya. Jika seseorang memiliki cinta-kasih sejati dan keyakinan yang mantap kepada Tuhan, seseorang akan menjadi seperti sebuah bola besi, stabil dan tidak terganggu. Jika seseorang berkelakuan seperti daun yang melarikan diri karena kesulitan dan masalah, orang tersebut belum layak disebut sebagai seorang pemuja/bhakta. Oleh karena itu, kita seharusnya mengembangkan cinta-kasih dan keyakinan yang murni dan mantap.
-BABA
Sunday, March 10, 2013
Thought for the Day - 10th March 2013 (Sunday)
Saturday, March 9, 2013
Thought for the Day - 9th March 2013 (Saturday)
If there is a boil on the body, we put some ointment on it and cover it with a bandage until the whole wound heals. If you do not apply the ointment and tie a bandage around this boil, it is likely to become septic and can cause greater harm later on. Now and then we will have to clean it with water, apply the ointment again and put on a new bandage. In the same way, in our life, there is this boil which has come up in our body in the form of 'I, I, I..'. If you want to really cure this boil, you will have to wash it every day with the waters of love, apply the ointment of faith on it and tie the bandage of humility around it. The bandage of humility, the ointment of faith, and the waters of love will cure the disease that has erupted with this boil of 'I.'
Jika ada bisul pada badan, kita menempatkan beberapa salep di atasnya dan menutupinya dengan perban sampai lukanya sembuh. Jika engkau tidak menggunakan salep dan mengikat perban di sekitar bisul tersebut, kemungkinan bisul tersebut penuh dengan kuman dan dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar di kemudian hari. Selanjutnya, kita harus membersihkannya dengan air, mengoleskan salep, dan mengganti dengan perban baru. Dengan cara yang sama, dalam kehidupan kita, ada bisul dalam badan kita dalam bentuk 'aku, aku, aku..'. Jika engkau ingin benar-benar menyembuhkan 'bisul' ini, engkau seharusnya membersihkannya setiap hari dengan air cinta-kasih, menggunakan salep keyakinan di atasnya dan mengikat perban kerendahan hati di sekitarnya. Perban kerendahan hati, salep keyakinan, dan air cinta-kasih akan menyembuhkan penyakit yang telah meletus pada bisul 'aku.'
-BABA
Friday, March 8, 2013
Thought for the Day - 8th March 2013 (Friday)
The most important reason for bondage is giving too much freedom to the mind. For example, when an animal is tethered to a post, it will not be able to go to another place. It will not be able to show anger or violence or do harm to any person. But if it is let loose, then it can roam over various fields, destroy the crops, and cause loss and harm to others. It may also get beaten up for the harm caused by it. So too, if you turn your mind towards worldly objects, it will descend to the animal or even demonic nature. The same mind also can make you rise from the level of the human to the highest level of Divinity. Hence regulate your mind by following certain rules of discipline. In doing so, you will not go astray and can maintain a good name and lead a happy and useful life.
Penyebab dari keterikatan adalah memberikan kebebasan terlalu banyak pada pikiran. Sebagai contoh, ketika seekor hewan ditambatkan pada suatu tonggak, hewan itu tidak akan bisa pergi ke tempat lain. Dengan demikian, hewan tersebut tidak akan mampu untuk menunjukkan kemarahan atau kekerasan atau merugikan siapapun. Tetapi jika hewan itu dilepaskan, maka ia dapat berkeliaran ke ladang, menghancurkan tanaman, dan membahayakan orang lain. Hewan tersebut mungkin akan dipukuli karena kerugian yang disebabkan olehnya. Demikian juga, jika engkau mengarahkan pikiranmu pada objek-objek duniawi, maka engkau akan turun ke tingkat hewan atau bahkan ke alam setan/iblis. Pikiran yang sama juga dapat membuatmu bangkit dari tingkat manusia ke tingkat tertinggi Divinity. Oleh karena itu, engkau hendaknya mengarahkan pikiranmu dengan mengikuti aturan-aturan disiplin tertentu. Dengan demikian, engkau tidak akan tersesat dan dapat menjaga nama baik serta menjalani hidup yang bahagia dan berguna.
-BABA
Thursday, March 7, 2013
Thought for the Day - 7th March 2013 (Thursday)
Consider the example of a cinema; on the screen we see rivers in flood, engulfing all the surrounding land. Even though the scene is filled with flood waters the screen does not get wet by even a drop of water. At another time, on the same screen we see volcanoes erupting with flame, but the screen is not burnt. The screen which provides the basis for all these pictures is not affected by any of them. Likewise in the life of man, good or bad, joy or sorrow, birth or death, will be coming and going, but they do not affect the Soul (Atma). In the cinema of life, the screen is the Soul (Atma). It is Shiva, it is Shankara, it is Divinity. When one understands this principle, one will be able to understand, enjoy and find fulfilment in life.
Perhatikan contoh sebuah bioskop; di layar kita melihat banjir melanda seluruh tanah di sekitarnya. Meskipun adegan dipenuhi dengan banjir, layar tidak basah bahkan oleh setetes air-pun. Pada kesempatan lain, pada layar yang sama kita melihat gunung berapi meletus, tetapi layar tidak terbakar. Layar yang menjadi dasar bagi semua gambar tidak terpengaruh oleh salah satu dari hal tersebut. Demikian juga dalam kehidupan manusia, baik atau buruk, kegembiraan atau kesedihan, kelahiran atau kematian, akan datang dan pergi, tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi Jiwa (Atma). Di bioskop kehidupan, layar adalah Jiwa (Atma). Itu adalah Shiva, itu adalah Shankara, itu adalah Divinity. Ketika seseorang memahami prinsip ini, seseorang akan mampu memahami, menikmati dan menemukan kepuasan dalam hidup.
-BABA
Wednesday, March 6, 2013
Thought for the Day - 6th March 2013 (Wednesday)
Once, I asked a few people as to what they would like to be in the hands of the Lord. Some said the lotus, some the shankha (conch) and some the chakra (discus), but no one mentioned the murali (flute). I would advise you to aspire to become the flute, for then the Lord Himself will come to you and pick you up. Achieve the hollowness of heart by making it completely egoless. He will then breathe through you and create captivating music for all Creation to enjoy. Be straight, without any will of your own and merge your will in the Will of God. Inhale only the breath of God. That is Divine Life, the goal you must all achieve.
Suatu ketika, Aku bertanya kepada beberapa orang untuk menjadi apa mereka ketika berada di tangan Tuhan. Beberapa orang mengatakan lotus, beberapa yang lainnya mengatakan shankha (kerang) dan beberapa lainnya mengatakan chakra (cakra), tetapi tidak ada seorangpun yang menyebutkan murali (seruling). Aku menyarankan kepadamu agar engkau menginginkan untuk menjadi seruling, lalu kemudian Tuhan sendiri akan datang padamu dan mengambilmu. Raihlah kekosongan hati dengan benar-benar sepenuhnya bebas dari ego. Dengan seruling yang berongga, Beliau akan bernapas melalui-mu dan membuat musik yang menawan bagi semua Ciptaan-Nya untuk menikmati musik tersebut. Seruling itu lurus, maka dari itu, engkau hendaknya juga seperti itu, tidak memiliki keinginan sendiri dan hanya menjalankan sesuai dengan kehendak Tuhan. Menarik napas hanya napas Tuhan. Itulah yang disebut dengan Divine Life, tujuan yang seharusnya engkau capai.
-BABA
Tuesday, March 5, 2013
Thought for the Day - 5th March 2013 (Tuesday)
Engkau bahkan tidak perlu membaca Gita atau Upanishad. Engkau akan mendengar Gita yang dirancang khusus untukmu jika engkau memanggil Tuhan dalam hatimu sendiri. Beliau ada di sana, diinstal sebagai Kusir-mu sendiri. Bertanyalah kepada-Nya maka Beliau akan menjawab. Engkau hendaknya mempunyai satu Nama Tuhan dan membayangkan Wujud-Nya ketika engkau duduk bermeditasi - Nama Tuhan yang manapun yang engkau pilih, ketika engkau melakukan japam (pengulangan Nama Tuhan). Jika engkau melakukan japam, tanpa membayangkan Wujud Tuhan dihadapanmu, siapakah yang akan memberikan jawabannya? Engkau tidak dapat berbicara sepanjang waktu pada dirimu sendiri. Wujud Tuhan yang engkau panggil akan mendengar dan merespon-mu. Bukankah semua agitasi harus berhenti suatu hari nanti? Bermeditasi dengan membayangkan Wujud Tuhan dan melakukan pengulangan Nama-Nya adalah satu-satunya cara untuk menghentikan agitasi mental.
-BABA
Monday, March 4, 2013
Thought for the Day 3rd - 4th March 2013
Date: Sunday, March 03, 2013
The world is building itself upon the sandy foundation of the sensory world. Like the monkey which could not pull its hand out of the narrow necked pot, because it first held in its grasp a handful of groundnuts which the pot contained, people are suffering today. They are unwilling to release their hold on the handful of pleasurable things they have grasped from the world. When people do not place faith in the Self, but pursue their senses alone, the danger signal is up! People are stuck with the wrong belief that the accumulation of material possessions will endow them with joy and peace. Divine Love alone can give you everlasting joy. Divine Love alone will remove anger, envy and hatred.
Dunia sedang membangun dirinya sendiri dengan menggunakan pondasi pasir dunia sensorik. Dapat diibaratkan seperti monyet yang tidak bisa menarik tangannya keluar dari belanga berleher sempit, karena ia memegang segenggam kacang tanah yang ada di belanga tersebut. Orang-orang saat ini mengalami penderitaan, karena mereka tidak mau melepaskan pegangan mereka pada beberapa hal menyenangkan yang telah mereka genggam di dunia ini. Ketika-orang orang tidak menempatkan keyakinan mereka pada Tuhan, tetapi mengejar kesenangan indera mereka sendiri, ini artinya sinyal berbahaya! Orang-orang terjebak dengan keyakinan yang salah bahwa akumulasi harta benda dapat memberikan kebahagiaan dan kedamaian. Hanya Cinta-kasih Ilahi yang dapat memberikan kebahagiaan abadi. Hanya Cinta-kasih Ilahi yang dapat menghilangkan kemarahan, iri hati dan kebencian.
-BABA
Date: Monday, March 04, 2013
Every struggle to realize the Unity behind all the multiplicity is a step on the path of Divine Life. You have to churn the milk if you wish to separate and identify the butter that is present within it. So too, carry on with life and purify your thoughts and action in order to get unshakeable faith. Divine Life does not admit the slightest dross in character or delusion in the intellect. People dedicated to divine life must emphasize this by precept and practice. Wipe out the root cause of anxiety, fear and ignorance, if any, within you. Then your true personality will shine forth. Anxiety is removed by faith in the Lord, the faith that tells you whatever happens is for the best and that the Lord̢۪s will be done. Sorrow springs from egoism, the feeling that you do not deserve to be treated so badly, that you are left helpless. Sorrow disappears when egoism goes!
Setiap perjuangan untuk mewujudkan Kesatuan di antara semua multiplisitas adalah langkah di jalan Divine Life (kehidupan yang berdasarkan pada Ilahi). Engkau harus churn (proses yang dilakukan untuk menghasilkan mentega) susu jika engkau ingin memisahkan dan mengidentifikasi mentega yang ada di dalamnya. Demikian juga, engkau hendaknya terus melanjutkan hidup dan memurnikan pikiran serta tindakan untuk mendapatkan keyakinan yang tak tergoyahkan. Divine Life tidak akan membiarkan sampah sekecil apapun ada dalam karakter atau delusi dalam pikiran. Orang-orang yang mendedikasikan dirinya pada Divine Life harus menekankan hal ini dengan ajaran dan juga praktik. Hapuslah akar penyebab kecemasan, ketakutan, dan kebodohan, yang ada dalam dirimu, maka kepribadian sejatimu akan bersinar. Kecemasan dihilangkan dengan keyakinan pada Tuhan, keyakinan inilah yang memberitahukan kepadamu apa pun yang terjadi adalah yang terbaik dari Tuhan. Penderitaan bersumber dari egoisme, perasaan bahwa engkau tidak layak diperlakukan begitu buruk, dan bahwa engkau tidak memerlukan bantuan. Penderitaan akan lenyap ketika egoisme pergi!
-BABA
Saturday, March 2, 2013
Thought for the Day 1st - 2nd March 2013
Date: Friday, March 01, 2013
The letter ‘Gu’ in the word Guru signifies Gunatheetha - the one who has transcended the three qualities of Ignorance (Thamasik), Passion (Rajasik) and Virtuousness (Sathvik) and the letter ‘Ru’ signifies the one who is Roopa Varjitha (Beyond the Form). The Guru destroys illusion and sheds light, His Presence is ever cool and comforting. He comes to remind people that they have forgotten that they have lost the most precious part within themselves and yet are unaware of it! He is the Physician for curing the illness which brings about the repetitive suffering from birth to death. He is adept at the treatment needed for the cure. If you have not yet got such a Guru, Pray to the Lord Himself to show the way and He will most certainly come to your rescue!
Huruf 'Gu' dalam kata Guru menandakan Gunatheetha - orang yang telah melampaui tiga sifat yaitu Kebodohan/Ketidaktahuan (Thamasik), Hawa nafsu (Rajasik) dan Kebajikan (Sathvik) dan huruf 'Ru' berarti orang yang Roopa Varjitha (Melampaui segala Wujud). Guru menghancurkan ilusi dan memancarkan cahaya, Kehadiran-Nya selalu memberi ketenangan dan menghibur. Dia datang untuk mengingatkan orang-orang bahwa mereka telah lupa dan telah kehilangan bagian yang paling berharga dalam diri mereka sendiri, namun tidak menyadari hal itu! Dia adalah Dokter yang dapat menyembuhkan penyakit yang membawa penderitaan berulang dari lahir sampai mati. Dia mahir mengobati penyakit. Jika engkau belum mempunyai Guru seperti itu, Berdoalah hanya kepada Tuhan untuk menunjukkan jalan dan Ia pasti akan datang untuk menyelamatkanmu!
-BABA
Date: Saturday, March 02, 2013
It is the Divine that inspires, activates, leads and fulfils the life of every being, however simple or complex it may be! From the atom to the Universe, every single being is flowing fast to merge in the sea of bliss. Never forget that every one of you is Sath-Chith-Ananda Swarupa (Embodiments of Existence-Consciousness-Bliss) – only you are unaware of it and imagine yourself to be bound to this form and its limitations! This is the myth that should be exploded, so that your Divine Life may begin. Leading a Divine Life consists of practising Truth, Love and Non-injury (Sathya, Prema and Ahimsa). Since all are parts of the same Divine Self, all should be loved as oneself, without fear and falsehood. When all are one, why should we injure another one, who is part of the same Divine Being?
Hanya Tuhan yang menginspirasi, mengaktifkan, mengarahkan dan memenuhi kehidupan setiap makhluk, bagaimanapun sederhana atau kompleksnya! Dari atom sampai Alam Semesta, setiap makhluk mengikuti arus untuk menyatu dalam lautan kebahagiaan. Janganlah pernah lupa bahwa masing-masing dari engkau adalah Sath-Chith-Ananda Swarupa (Perwujudan Keberadaan- Kesadaran - Kebahagiaan) - hanya saja engkau tidak menyadari hal itu dan membayangkan dirimu terikat dalam wujud dan keterbatasan ini! Ini adalah mitos yang seharusnya ditinggalkan, sehingga engkau dapat mulai menjalani kehidupan berdasarkan Divine/Ilahi. Jalanilah kehidupan berdasarkan Divine dengan mempraktikkan Kebenaran, Cinta-kasih dan Tidak - menyakiti (Sathya, Prema dan Ahimsa). Karena semuanya merupakan bagian dari Ilahi yang sama, semuanya hendaknya dicintai seperti mencintai diri sendiri, tanpa rasa khawatir dan kepalsuan. Karena semuanya adalah satu, mengapa kita menyakiti yang lainnya, yang merupakan bagian dari Wujud Ilahi yang sama?
-BABA