Saturday, November 30, 2013
Thought for the Day - 30th November 2013 (Saturday)
Friday, November 29, 2013
Thought for the Day - 29th November 2013 (Friday)
Often you are aware that there is something behind and beyond all the fleeting fantasy; something that persists through all the successes and defeats, the tears and smiles, the mirth and moan - but you are unable to grasp it and realize that it is the same Entity that underlies the entire Universe. You are indeed one with the most distant star and the least little blade of grass – you shine as dew on the petal of the rose, you are part and parcel of all this manifestation! The scriptures teach you this truth through many a parable, and even directly through the experience of saints and mystics. Through meditation and practice of spiritual discipline, you can be aware of yourselves as all this. Hanuman may have the form of a monkey, but do not get carried away by the outer casement (Upadhi). The Lord was His very breath; every hair-end of Hanuman echoed with Lord Rama’s Name.
Sering kali engkau menyadari bahwa ada sesuatu yang melampaui semua fantasi yang bersifat sementara ini; sesuatu yang terus ada melalui semua keberhasilan dan kekalahan, air mata dan senyuman, kebahagiaan dan kesedihan - tetapi engkau tidak dapat memahami dan menyadari bahwa itu adalah entitas yang sama yang mendasari seluruh alam semesta. Engkau sebenarnya satu dengan bintang yang paling jauh dan setidaknya dengan sehelai rumput - engkau bersinar seperti embun di kelopak mawar, engkau adalah bagian tak terpisahkan dari semua manifestasi ini! Kitab suci mengajarkan kebenaran ini melalui banyak perumpamaan, dan bahkan langsung melalui pengalaman orang-orang suci. Melalui meditasi dan mempraktikkan disiplin spiritual, engkau dapat menyadari dirimu sendiri. Hanuman berwujud kera, tetapi jangan terpengaruh oleh tampilan luar (upadh). Setiap tarikan nafas dan setiap helai bulu Hanuman bergema dengan Nama Sri Rama. (Divine Discourse, 25 Nov 1964)
-BABA
Thursday, November 28, 2013
Thought for the Day - 28th November 2013 (Thursday)
There are four questions that every person must interest oneself with : “Who am I?”, ”Where have I come from?”, “Where am I going?” and “How long will I remain here?”. These questions have been answered clearly in the Vedas. All spiritual inquiry begins with these questions and attempts to find answers to them. If you drop a letter in the post box without writing the ‘From’ or ‘To’ address, it will go nowhere but to the ‘dead letter office’. In fact it is a waste of time writing that letter, is it not? So too, if you do not know the purpose of your life in this world, you will get caught in the cycle of birth and death, and will never reach your destination. To find answers to these key questions, you must begin enquiry about the Self. To get the answers, you must practice spiritual discipline. Then, you will find that the answers become part of your daily living experiences!
Ada empat pertanyaan yang seharusnya mendapatkan perhatian: "Siapakah aku?", "Darimana aku berasal?", "Ke mana aku akan pergi?" Dan "Berapa lama aku akan tinggal di sini?" Pertanyaan-pertanyaan ini telah dijawab dengan jelas dalam Weda. Semua pertanyaan spiritual dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan ini dan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Jika engkau menaruh surat di kotak pos tanpa menulis alamat 'Dari' atau 'Kepada', surat itu tidak akan ke mana-mana tetapi akan 'tinggal di kantor pos' . Bukankah membuang-buang waktu untuk menulis surat tersebut? Demikian juga, jika engkau tidak mengetahui tujuan hidupmu di dunia ini, maka engkau akan terjebak dalam siklus kelahiran dan kematian, dan tidak akan pernah mencapai tujuanmu. Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kunci tersebut, engkau harus memulai penyelidikan tentang Diri sejati. Untuk mendapatkan jawabannya, engkau harus mempraktikkan disiplin spiritual. Kemudian, engkau akan menemukan bahwa jawabannya menjadi bagian dari pengalaman hidupmu sehari-hari! (Divine Discourse, June 25, 1960)
-BABA
Wednesday, November 27, 2013
Thought for the Day - 27th November 2013 (Wednesday)
Tuesday, November 26, 2013
Thought for the Day - 26th November 2013 (Tuesday)
Monday, November 25, 2013
Thought for the Day - 25th November 2013 (Monday)
Sunday, November 24, 2013
Thought for the Day -24th November 2013 (Sunday)
Saturday, November 23, 2013
Thought for the Day - 23rd November 2013 (Saturday)
Friday, November 22, 2013
Thought for the Day - 22nd November 2013 (Friday)
Thursday, November 21, 2013
Thought for the Day -- 21st November 2013 (Thursday)
Wednesday, November 20, 2013
Thought for the Day - 20th November 2013 (Wednesday)
Tuesday, November 19, 2013
Thought for the Day - 19th November 2013 (Tuesday)
Divinity is immanent in every being. But who is responsible for this Divinity within? The mother who has borne you for nine months with many difficulties, and is even ready to sacrifice her life for your welfare. You owe your existence to your mother. The welfare of the children depend on the mother. It is because of the mother’s love that children become eminent and great. So the foremost duty of every individual is to be grateful to one’s mother, respect her and serve her. The Ladies Day serves as a reminder that one should revere and love one’s mother and never hurt her feelings. It is not only the rulers who protect the nation, but women of great chastity are also responsible. All the prosperity and good we find in this land of Bharat is due to the strength of women of virtue.
Keilahian bersifat imanen (tetap ada) dalam setiap makhluk. Tetapi siapa yang bertanggung jawab bagi Divinity yang ada di dalam ini? Para ibu telah mengandung-mu selama sembilan bulan dengan banyak kesulitan, dan bahkan siap mengorbankan hidupnya untuk kesejahteraan-mu. Engkau berhutang nyawa kepada ibumu. Kesejahteraan anak-anak tergantung pada ibu mereka. Hanya karena cinta-kasih ibu, anak-anak menjadi terkemuka dan hebat. Jadi kewajiban utama dari setiap individu adalah untuk berterima kasih kepada ibunya, menghormati dan melayani-nya. Perayaan Ladies Day berfungsi sebagai pengingat bahwa seseorang harus menghormati dan menyayangi ibunya dan tidak pernah menyakiti perasaannya. Bukan hanya penguasa yang melindungi bangsa, tetapi kesucian wanita juga bertanggung jawab akan hal ini. Semua kemakmuran dan kebaikan yang kita temukan di negeri Bharat ini adalah karena kekuatan dan kebajikan para wanitanya. (Divine Discourse, Nov 19, 1998)
-BABA
Monday, November 18, 2013
Thought for the Day - 18th November 2013 (Monday)
Sunday, November 17, 2013
Thought for the Day - 17th November 2013 (Sunday)
There is no dearth of good books, telling you how to live happily and be free from grief, and many thousand copies of them are being purchased. Yet there is nothing to indicate that the content in the books have been read and assimilated. The habits, conduct, and character of the readers of these books have not undergone any change for good. Egoism and greed are still rampant; hatred has not abated and envy eats into the vitals of the society. Henceforth, do not treat My words lightly. Decide to implement in your life, atleast one advice for your spiritual growth. Every one of you must examine your mental make-up and see whether you have used your discrimination and scientific temper (Viveka and Vijnana) to clothe yourself with detachment (Vairagya), so that you do not suffer from the attachment to the worldly objects.
Telah banyak beredar buku-buku bagus, yang memberitahukan kepadamu bagaimana untuk hidup bahagia dan bebas dari penderitaan, dan ribuan eksemplar buku-buku tersebut dibeli. Namun tidak ada yang menunjukkan bahwa buku tersebut telah dibaca dan dicerna dengan baik. Kebiasaan, perilaku, dan karakter dari para pembaca buku-buku ini tidak mengalami perubahan untuk kebaikan. Egoisme dan keserakahan masih merajalela; kebencian belum mereda dan iri hati mengganggu masyarakat. Mulai saat ini, janganlah memperlakukan kata-kata-Ku dengan enteng. Engkau hendaknya memastikan untuk menerapkannya dalam kehidupanmu, minimal satu saran untuk perkembangan spiritualmu. Masing-masing dari engkau harus memeriksa dan menangani mentalmu dan melihat apakah engkau telah menggunakan diskriminasi dan sifat ilmiah (Viveka dan Vijnana) agar engkau tidak terikat (Vairagya), sehingga engkau tidak terikat pada objek-objek duniawi. (Divine Discourse, Jan 22, 1960)
-BABA
Saturday, November 16, 2013
Thought for the Day - 16th November 2013 (Saturday)
You may sometimes feel you are a sinner, and are essentially wicked. But if someone were to think like you and calls you “Hello sinner!”, you will resent it! Why? Because, your real nature is purity, peace and joy. You are divine. You are a manifestation of God! Your mind, intellect, memory, egoism and the senses (Manas, Buddhi, Chitha, Ahamkara, Indhriyas) are like the bricks, iron rods, cement and wood that go up to make a house for your soul to live in. They are not you; the real you is the Divine Soul (Atma). You will truly appreciate this only by constant meditation, moving in good company, listening to the talks of the realised ones, and by following certain prescribed course of discipline. That is why I lay so much emphasis on discipline.
Engkau kadang-kadang mungkin merasa bahwa engkau adalah orang yang berdosa, dan pada dasarnya merupakan orang yang jahat. Tetapi jika ada orang yang berpikir seperti engkau dan memanggilmu dengan "Hello orang yang berdosa!", engkau akan membencinya! Mengapa? Karena, sifat sejatimu adalah murni, damai dan sukacita. Engkau adalah Divine. Engkau adalah manifestasi Tuhan! Pikiran, intelek, memori, egoisme dan indera (Manas, Buddhi, Chitha, ahamkara, Indhriyas) dapat diibaratkan seperti batu bata, besi, semen dan kayu yang digunakan untuk membuat rumah tempat tinggal bagi jiwamu. Engkau sesungguhnya adalah Divine Soul (Atma). Engkau dapat memahami ini dengan benar hanya dengan melakukan meditasi secara konstan, melakukan pergaulan yang baik, mendengarkan pembicaraan orang-orang yang menyadari akan dirinya, dan dengan mengikuti kursus tertentu dengan resep disiplin. Itu sebabnya Aku meletakkan begitu banyak penekanan pada disiplin. (Divine Discourse, Nov 25, 1964)
-BABA
Friday, November 15, 2013
Thought for the Day - 15th November 2013 (Friday)
Thursday, November 14, 2013
Thought for the Day - 14th November 2013 (Thursday)
Wednesday, November 13, 2013
Thought for the Day - 12th & 13th November 2013
Monday, November 11, 2013
Thought for the Day - 11th November 2013 (Monday)
Sunday, November 10, 2013
Thought for the Day - 10th November 2013 (Sunday)
Singing the glory of the Lord is highly sacred. When you sing the Names of the Lord (Namasmarana), the snakes of bad qualities will come out. Namasmarana is like the piped musical instrument (Nadhaswaram), that attracts the snakes of evil qualities and draws them out and away from you. You must repeat the Lord’s Name in order to get rid of your negativities. Sing unto Him from the depth of your hearts, without any inhibition, with total dedication. Only then you can experience divine bliss. Today the Universe is facing a lot of problems due to lack of this habit. Young or old, rich or poor, educated or otherwise, everyone must do Namasmarana. Make this habit the very breath of your life. Let each and every cell of your body be filled with the Divine Name. Nothing else can give you the bliss, courage and strength you derive from singing the Lord’s Glory.
Menyanyikan kemuliaan Tuhan sangatlah suci. Bila engkau menyanyikan Nama Tuhan (Namasmarana), ular kualitas buruk akan keluar. Namasmarana seperti alat musik (Nadhaswaram), yang menarik ular kualitas buruk dan menarik mereka keluar dan menjauh darimu. Engkau harus menchantingkan Nama Tuhan untuk menyingkirkan sifat-sifat negatif yang ada dalam dirimu. Nyanyikanlah untuk-Nya dari lubuk hatimu, tanpa hambatan apapun, dengan dedikasi/pengabdian total. Hanya setelah itu maka engkau dapat mengalami kebahagiaan ilahi. Saat ini, Alam semesta sedang menghadapi banyak masalah karena kurangnya kebiasaan ini. Tua atau muda, kaya atau miskin, berpendidikan atau tidak, setiap orang harus melakukan Namasmarana. Buatlah kebiasaan ini sebagai nafas kehidupanmu. Biarkan setiap sel badan jasmani-mu dipenuhi dengan Nama Tuhan. Tidak ada lagi yang bisa memberikan engkau kebahagiaan, keberanian dan kekuatan selain yang berasal dari menyanyikan kemuliaan Tuhan. (Divine Discourse, April 14, 2002)
-BABA
Saturday, November 9, 2013
Thought for the Day - 9th November 2013 (Saturday)
Friday, November 8, 2013
Thought for the Day - 8th November 2013 (Friday)
Thursday, November 7, 2013
Thought for the Day - 7th November 2013 (Thursday)
Wednesday, November 6, 2013
Thought for the Day - 6th November 2013 (Wednesday)
Tuesday, November 5, 2013
Thought for the Day - 5th November 2013 (Tuesday)
Always respect another's opinion and another's point of view. Do not start a quarrel at the slightest difference of opinion. The other person may be right and you may be wrong. Ponder over the argument; the other might have had the advantage of knowing more about the subject or you may be prejudiced either for or against it; or the other possibly may not know as much as you do. Remember that all differences of opinion are not due to personal hatred. Hatred is ugly, unnatural and inhuman. Know that it is against the very core of love that is in every one.
Selalulah menghormati pendapat dan pandangan orang lain. Jangan memulai pertengkaran jika ada sedikit perbedaan pendapat. Orang lain mungkin benar dan engkau mungkin salah. Pertimbangkanlah dengan hati-hati perbedaan pendapat tersebut; orang lain mungkin memperoleh keuntungan dari mengetahui lebih lanjut pokok persoalan tersebut atau engkau mungkin memiliki prasangka/dugaan; atau orang lain mungkin tidak mengetahui apa yang engkau lakukan. Ingatlah bahwa semua perbedaan pendapat bukan karena kebencian pribadi. Kebencian itu buruk, tidak wajar dan tidak manusiawi. Ketahuilah bahwa hal itu bertentangan dengan inti dari cinta-kasih yang ada pada setiap orang. (Divine Discourse, Nov 25, 1959)
-BABA
Monday, November 4, 2013
Thought for the Day - 4th November 2013 (Monday)
Sunday, November 3, 2013
Thought for the Day - 3rd November 2013 (Sunday)
The unmistakable sign of rain is the wetness of the ground. So too, the sign of an educated person, who has had several years of schooling is good manners. Such a person will be humble knowing that the field of knowledge is so vast that even after years of learning one has hardly touched its fringe. They must also be aware of their kinship with all beings and must show a keenness to serve others gladly, at all times, without any desire for publicity. The educated children must move with everyone in a friendly manner, without inhibitions, knowing that God is the moving force in everyone. God is behind all good impulses and useful attitudes. All of you are separate beads, strung together on one common thread, which is God.
Tanda yang jelas terlihat dari hujan adalah tanah yang basah. Demikian juga, tanda dari orang yang berpendidikan, yang telah beberapa tahun bersekolah adalah sikap yang baik. Orang seperti itu akan menjadi rendah hati mengetahui bahwa bidang pengetahuan adalah begitu luas sehingga bahkan setelah bertahun-tahun belajar seseorang hanya menyentuh pinggirannya saja. Mereka juga harus menyadari kekerabatan mereka dengan semua makhluk dan harus menunjukkan kemauan untuk melayani orang lain dengan senang hati, setiap saat, tanpa ada keinginan untuk publisitas. Anak-anak terdidik harus bergerak dengan semua orang dengan ramah, tanpa hambatan, mengetahui bahwa Tuhan adalah kekuatan bergerak dalam diri setiap orang. Tuhan ada di balik semua impuls dan sikap yang baik. Kalian semua manik-manik terpisah, dirangkai pada satu benang merah, yaitu Tuhan. (Divine Discourse, Nov 25, 1959)
-BABA
Saturday, November 2, 2013
Thought for the Day - 2nd November 2013 (Saturday)
We often hear about the concept of equality (Samaanathwa), of each being equal to the rest. It is often a misunderstood notion. For example, all are entitled to the medicines in the hospital; but what is given to one should not be given to another. There can be no equality in dispensing of medicine! Each deserves the medicine that will cure one’s illness. This struggle in the name of equality is only one of the ways in which man is trying to get happiness. In almost all parts of the world, people today are pursuing many such short-cuts and wrong paths to achieve happiness. Of course all are equally entitled to love and sympathy, and to the grace of God. But let Me tell you, without reforming one’s conduct and little acts of daily life, happiness will be beyond reach. Pravartana or behaviour is most important.
Kita sering mendengar tentang konsep kesamaan (Samaanathwa), masing-masing dianggap sama dengan yang lain. Hal ini sering disalahpahami. Sebagai contoh, semuanya berhak untuk mendapatkan obat-obatan di rumah sakit, tetapi apa yang diberikan kepada seseorang tidak harus diberikan kepada orang lain. Tidak akan ada kesamaan dalam pemberian obat! Setiap obat yang sesuai akan menyembuhkan suatu penyakit seseorang. Perjuangan atas nama kesamaan ini hanyalah salah satu cara di mana manusia berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan. Di hampir semua bagian dunia, saat ini orang-orang mengejar jalan pintas dan jalan yang salah untuk mencapai kebahagiaan. Tentu saja semuanya sama-sama berhak atas cinta-kasih dan simpati, serta berkat Tuhan. Tetapi Aku akan memberitahukan padamu, tanpa perubahan perilaku seseorang dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari, kebahagiaan akan berada jauh di luar jangkauan. Yang paling penting adalah Pravartana atau perilaku. (Divine Discourse, Nov 23, 1964)
-BABA