Monday, January 20, 2014

Thought for the Day - 19th & 20th January 2014

Date: Sunday, January 19, 2014

Penance does not mean retiring to the forest and living on fruits and tubers. In fact such a life can be called a life of dullness (thamas), not penance (thapas). True penance lies in controlling one’s emotions, thoughts, words and deeds arising out of Sathwic, Rajasic and Thamasic qualities. You should contemplate on God at all times and achieve harmony of thought, word and deed. A noble person is one whose thoughts, words and deeds are in complete harmony (Manasyekam Vachasyekam Karmanyekam Mahatmanam). Do not be carried away by pain or pleasure. The Gita teaches that you should be even-minded in happiness or sorrow, gain or loss, victory or defeat. You should discharge your duty with utmost sincerity and serve society without any expectation of reward. Such even-mindedness and desireless state is true penance.

Bertapa bukan berarti menuju ke hutan dan hidup bergantung pada buah-buahan dan umbi-umbian. Bahkan hidup seperti itu bisa disebut kehidupan yang bodoh (thamas), bukan bertapa (thapas). Bertapa sejati terletak dalam mengendalikan emosi, pikiran, ucapan dan perbuatan yang timbul dari kualitas Sathwik, Rajasik, dan Thamasik seseorang. Engkau hendaknya merenungkan Tuhan sepanjang waktu dan mencapai keselarasan pikiran, ucapan dan perbuatan. Orang yang mulia adalah seseorang yang pikiran, perkataan, dan perbuatannya benar-benar harmonis (Manasyekam Vachasyekam Karmanyekam Mahatmanam). Janganlah terpengaruh oleh penderitaan atau kebahagiaan. Gita mengajarkan bahwa engkau hendaknya berpikiran yang sama dalam kebahagiaan atau kesedihan, keuntungan atau kerugian, kemenangan atau kekalahan. Engkau hendaknya menunaikan tugasmu dengan ketulusan hati dan melayani masyarakat tanpa mengharapkan imbalan. Keadaan pikiran yang seperti itu dan tanpa keinginan/mengurangi keinginan adalah bertapa yang sesungguhnya. (Divine Discourse, Aug 22, 2000)
-BABA


Date: Monday, January 20, 2014

Recognize the Divine within yourself. Open the doors of your heart. Develop love more and more. Understand the truth. Experience God. There lies the bliss. Make every effort to understand the immanent Divinity. The Divinity within you is covered by ego and anger. Therefore, real knowledge dawns when attachment is destroyed (Moham hithva punar vidya). Where does this attachment come from? Excessive desires lead to attachment. You may attain temporary peace by undertaking repetition of the name (Japa), meditation (dhyana), and yoga. To attain permanent peace, you must develop love within. Love can turn earth into sky and sky into earth. This sacred love is within you. But, you direct it in the wrong direction and thereby it gets perverted. Develop the sacred Love within you to realise your innate Divinity.

Engkau hendaknya menyadari Tuhan yang ada di dalam dirimu. Bukalah pintu hatimu. Kembangkanlah cinta-kasih lebih banyak lagi. Pahamilah kebenaran. Rasakanlah Tuhan. Disanalah terletak kebahagiaan tersebut. Lakukanlah segala upaya untuk memahami Divinity yang imanen/tetap ada. Divinity yang ada dalam dirimu ditutupi oleh ego dan amarah. Oleh karena itu, pengetahuan sejati muncul ketika kemelekatan dihancurkan (Moham hithva punar vidya). Darimanakah kemelekatan ini berasal? Keinginan yang berlebihan menyebabkan kemelekatan. Engkau bisa jadi mencapai kedamaian yang bersifat sementara dengan melakukan pengulangan nama Tuhan (Japa), meditasi (dhyana), dan yoga. Untuk mencapai kedamaian yang bersifat permanen, engkau harus mengembangkan cinta-kasih dalam dirimu. Cinta-kasih dapat mengubah bumi menjadi langit dan langit menjadi bumi. Cinta-kasih yang suci ini ada dalam dirimu. Tetapi, engkau mengarahkannya ke arah yang salah dan dengan demikian itu akan disalahgunakan. Kembangkanlah Cinta-kasih suci dalam dirimu untuk mewujudkan Divinity-mu yang sejati.  (Divine Discourse, March 14, 1999)

-BABA

No comments: