Meditation does not mean sitting cross-legged (in Padmasana) with eyes closed in contemplation of God. This is physical, worldly activity. No doubt, this is needed, but true meditation lies in unifying the mind with God. Just as milk and water cannot be separated, likewise, the mind, once merged with God, cannot be separated. Likewise, your love should become one with Divine love. Some people contemplate on God for a limited period in the morning and evening. This cannot be called meditation. You must contemplate on God at all times, at all places and under all circumstances. Perform all tasks with your mind firmly fixed on God. That is true meditation. Thinking of God for a limited period is only part-time devotion. Part-time devotion entitles you to only part-time grace. You should have full-time devotion in order to attain grace in full measure.
Meditasi bukan berarti duduk bersila (posisi Padmasana) dengan mata tertutup merenungkan Tuhan. Ini adalah fisikal belaka, aktivitas duniawi. Tidak diragukan lagi, ini diperlukan, tetapi meditasi yang sesungguhnya terletak dalam menyatukan pikiran dengan Tuhan. Sama seperti susu dan air tidak dapat dipisahkan, demikian juga pikiran, setelah menyatu dengan Tuhan, tidak dapat dipisahkan. Demikian juga, cinta-kasihmu harus menjadi satu dengan cinta-kasih Ilahi. Beberapa orang merenungkan Tuhan untuk jangka waktu terbatas di pagi dan sore hari. Ini tidak bisa disebut sebagai meditasi. Engkau harus merenungkan Tuhan setiap saat, di segala tempat dan dalam setiap keadaan. Lakukanlah semua tugas dengan pikiranmu senantiasa tertuju pada Tuhan. Itulah meditasi yang benar. Memikirkan Tuhan untuk jangka waktu terbatas ini disebut dengan pengabdian paruh waktu. Pengabdian paruh waktu hanya akan memberikan engkau berkat Tuhan yang paruh waktu juga. Engkau harus memiliki pengabdian yang full-time untuk mencapai berkat Tuhan dalam ukuran yang penuh. (Divine Discourse, Aug 22, 2000)
-BABA
No comments:
Post a Comment