Tuesday, March 11, 2014

Thought for the Day - 11th March 2014 (Tuesday)

In the Bhagavad Gita, the Lord declares, “Whenever righteousness (Dharma) declines, I make My advent in the world. Dharma will never perish.” It is the practice of Dharma which is becoming weaker day by day, and not Dharma as such. Many times clouds cover the Sun. In such a scenario, the people on earth may not be able to see the Sun. Just because people cannot see, does it mean that the Sun doesn’t exist? No, Sun exists! Temporarily the Sun is hidden by the clouds; therefore people are unable to see it. Nobody can say that the Sun has perished, can they? Similarly, Sathya and Dharma have the effulgence of the Sun. Truth is the Sun, Dharma is the effulgence of the Sun. They are interdependent like matter and energy. Matter and energy cannot exist without each other. Similarly Sun and its radiance are reflection of each other. Sathya, the Sun and Dharma, its effulgence redeem the world.

Dalam Bhagavad Gita, Tuhan menyatakan, "Setiap kali kebenaran (Dharma) menurun, Aku akan datang ke dunia. Dharma tidak akan hancur." Praktik Dharma lemah hari demi hari dan Dharma bukan seperti itu. Suatu waktu, awan menutupi Matahari. Dalam skenario seperti itu, orang-orang di bumi mungkin tidak dapat melihat Matahari. Hanya karena orang tidak dapat melihat Matahari, apakah itu berarti matahari tidak ada? Tidak demikian, Matahari tetap ada! Untuk sementara, Matahari disembunyikan oleh awan, sehingga orang-orang tidak dapat melihatnya. Tidak ada yang dapat mengatakan bahwa Matahari telah mati, dapatkah mereka mengatakan demikian? Demikian pula, Sathya dan Dharma memiliki cahaya Matahari. Kebenaran adalah Matahari, Dharma adalah cahaya dari Matahari. Mereka saling terkait seperti materi dan energi. Materi dan energi tidak akan ada tanpa satu sama lain. Demikian pula Matahari dan cahayanya merupakan cerminan dari satu sama lain. Sathya, Matahari, dan Dharma, cahayanya dapat menyelamatkan dunia. ('My Dear Students', Vol 3, Ch 2)

-BABA

No comments: