Do not get too much attached to the world, and too involved in its tangles. Keep your emotions always within check. The waves agitate only the upper layers of the sea; down below it is calm. So too, when you sink into your depths, you must be free from the agitation of the waves. Know that most things are of no lasting value and can therefore be brushed aside; hold fast to the solid substance alone. Use your discrimination to discover and distinguish lumber from treasure. The Pranava japa (recitation of Om and contemplation of its significance) will help to calm the roaring waves. Gita affirms that when the word ‘Om’ (Supreme Universal Reality) is spelt by the dying with their last breath, they attain the Divine. To be able to spell it then, dwell upon its sweetness and significance throughout your life, from today. Then the final Om that emerges from your lips will be an offering that merges in Him!
Janganlah terlalu banyak terikat pada dunia, dan terlalu terlibat dalam kekusutannya. Jagalah selalu emosimu dengan tepat. Gelombang mengagitasi/menggoncang hanya lapisan atas laut; di bawahnya tetap tenang. Demikian juga, ketika engkau tenggelam dalam kedalaman hatimu, engkau harus bebas dari agitasi gelombang. Ketahuilah bahwa tidak ada sesuatu yang abadi dan karena itu kita dapat menepisnya; berpeganglah dengan teguh hanya pada substansi yang kuat. Gunakan kemampuan diskriminasimu untuk menemukan dan membedakan kayu dari harta berharga. Pranawa japa (mengucapkan Om dan merenungkan maknanya) akan membantu menenangkan gelombang yang menderu. Gita menegaskan bahwa ketika kata 'Om' diucapkan oleh mereka yang sedang sekarat pada napas terakhir mereka, mereka mencapai Ilahi. Untuk dapat mengucapkan hal tersebut, engkau hendaknya hening dan memaknai kehidupanmu, dari saat ini. Maka kata Om terakhir yang muncul dari bibirmu akan menjadi persembahan sehingga akan menyatu dengan-Nya!
-BABA
No comments:
Post a Comment