Can any high-powered bulb equal the matchless brilliance of the Sun? Can any pump in the world supply as much water as we get from a heavy downpour? Can any fan in the world give as much coolness as given by the Wind-God? The gifts of God are abundant, bountiful and beyond compare. We pay tax for many facilities we enjoy, like water-tax to the corporation, tax to the electricity department for providing power, etc. But what taxes are we paying to the great Lord who provides us with endless power, light and wind? When we pay tax to the different departments for services provided, is it not our duty to pay the tax of gratitude to God? We do not show any gratitude to God who has gifted us the five elements, which never get depleted. In fact, our foremost duty should be to express our gratitude to God, who gives us so much in endless abundance.
Dapatkah bola lampu apapun yang bertegangan tinggi disamakan dengan kecemerlangan yang tidak tertandingi dari matahari? Dapatkah pompa apapun di dunia yang dapat menyamai banyaknya air yang didapat dari hujan yang deras? Dapatkah kipas apapun yang ada di dunia memberikan kesejukan seperti yang diberikan oleh angin? Hadiah dari Tuhan adalah berlimpah-limpah, banyak, dan tidak bisa dibandingkan. Kita membayar pajak dari banyak kenikmatan yang kita dapatkan, seperti pajak air pada PDAM, pajak listrik pada PLN karena sudah menyediakan listrik, dsb. Namun apa jenis pajak yang kita bayarkan kepada Tuhan yang telah menyediakan kita tenaga yang tidak ada akhirnya, cahaya dan angin? Ketika kita membayar pajak pada departemen yang berbeda atas pelayanan yang diberikan, bukankah merupakan kewajiban kita juga untuk membayar pajak terima kasih dan syukur kepada Tuhan? Kita tidak memperlihatkan rasa syukur dalam bentuk apapun kepada Tuhan yang telah memberikan kita lima unsur yang mana tidak pernah habis. Sejatinya, kewajiban kita yang paling penting adalah menyampaikan rasa syukur atau terima kasih kita kepada Tuhan yang telah memberikan begitu banyak kelimpahan yang tiada akhirnya kepada kita. (Divine Discourse, Summer Roses on Blue Mountains, 1996, Ch 1)
-BABA
No comments:
Post a Comment