Monday, April 18, 2016

Thought for the Day - 16th April 2016 (Saturday)

Don’t look upon Rama as a scion of the Solar Dynasty, or the son of Emperor Dasaratha. These correlates are but accessory and accidental. A habitual error in modern readers is they pay attention only to the personal relationship and affiliations between the characters of the story they read without delving into the values they represent and demonstrate. Just as people squeeze juice out of the fibrous cane and drink its sweetness, just as the bee sucks the honey in the flower, regardless of its symmetry and colour, so too the spiritual seeker (Sadhaka) should yearn to imbibe the expression of tenderness, pity and compassion with which Ramayana is saturated, paying no heed to other subjects. Those who seek the expression of compassion in Ramayana should concentrate more on the central narrative than on supplementary details that embellish or encumber it. Listen to the Ramayana in that mood; that is the best form of spiritual listening (Shravana).


Jangan melihat Rama sebagai keturunan dari dinasti surya, atau putra dari raja Dasaratha. Bentuk hubungan ini hanyalah tambahan dan kebetulan. Sebuah kesalahan yang dilakukan karena kebiasaan oleh para pembaca modern dimana mereka hanya memberikan perhatian pada hubungan pribadi dan pertalian diantara karakter yang ada di dalam cerita yang mereka baca tanpa mempelajari nilai yang mereka tunjukkan dan tampilkan. Seperti halnya orang-orang memeras sari dari tebu yang berserat dan meminum rasa manisnya, seperti halnya lebah yang menghisap nektar dari bunga tanpa menghiraukan bentuk simetri dan warna bunga, begitu juga para peminat spiritual (Sadhaka) harus merindukan untuk meminum ungkapan dari kehalusan budi, rasa kasihan, dan welas asih yang sarat terkandung dalam Ramayana, tanpa mengindahkan hal-hal yang lainnya. Bagi mereka yang mendambakan ungkapan dari welas asih dalam Ramayana harus memusatkan lebih pada inti cerita daripada uraian panjang lebar yang membumbui atau membebaninya. Dengarkan Ramayana dengan perasaan yang seperti itu; itulah bentuk yang terbaik dari mendengarkan wacana rohani (Shravana). (Ramakatha Rasavahini, Ch 1)

-BABA

No comments: