Thursday, November 3, 2016

Thought for the Day - 2nd November 2016 (Wednesday)

There are nations that have no peace even in the midst of plenty; they are obsessed by fear and anxiety on account of the very plenty they have earned for themselves. The only guarantor of peace for the individual and for society is spiritual progress and spiritual discipline. In India, as well as in other countries, there is to be seen a sad neglect of just these two objectives. Providing housing, clothing and food gives physical happiness (sukha); providing education in skills and imparting information about the world gives a means of livelihood. But the ancient adage says, "Na sukhat labhate sukham" - Real and lasting happiness cannot be won through physical happiness. Lasting happiness, happiness that will not be shaken or diminished or modified by good fortune or bad, can come only by the discipline of the mind and faith in a Higher Power that guides all the deeds and words and thoughts of man. The lamp of that spiritual awareness has to be lit and fed, so that the footsteps of man can take that path and proceed unharmed.


Ada beberapa bangsa yang tidak memiliki kedamaian walaupun ada di tengah-tengah kekayaan; bangsa-bangsa ini dihantui oleh ketakutan dan kecemasan karena begitu banyak yang mereka hasilkan untuk diri mereka sendiri. Satu-satunya jaminan untuk kedamaian bagi individu dan masyarakat adalah kemajuan spiritual dan disiplin spiritual. Di India, sama juga dengan negara lainnya, sangat menyedihkan melihat bahwa dua tujuan ini diabaikan. Menyediakan rumah, pakaian, dan makanan memberikan kesenangan jasmani (sukha); menyediakan pendidikan dalam keahlian dan memberikan informasi tentang dunia memberikan sebuah cara untuk mencari nafkah. Namun pepatah zaman dahulu mengatakan, "Na sukhat labhate sukham" – kebahagiaan yang kekal tidak bisa didapatkan melalui kesenangan jasmani. Kebahagiaan yang kekal adalah kebahagiaan yang tidak akan digoyahkan atau dirubah oleh keberuntungan yang baik atau buruk, dan hanya dapat datang dengan disiplin pikiran dan keyakinan pada kekuatan yang lebih tinggi yang menuntun semua perbuatan, perkataan, dan pikiran manusia. Pelita dari kesadaran spiritual harus dinyalakan dan tetap diberikan minyak sehingga manusia dapat melangkahkan kaki mereka di jalan dan maju tanpa menderita luka-luka. (Divine Discourse, Anantapur High School for Girls, School Day, 1966)

-BABA

No comments: