An insidious disease is now rampant amongst most people, namely, disbelief. It sets fire to the tiny shoots of faith and reduces life into cinders and ashes. You have no criterion to judge, yet you pretend to judge. Doubt, anger, poison, illness — all these have to be scotched before they grow. Repeat the Lord’s Name, whether you have faith or not. That will itself induce faith; that will itself create the evidence on which faith can be built. You attach importance to quantity, but the Lord considers only quality. He does not calculate how many measures of ‘sweet rice’ you offered but how many sweet words you uttered, and how much sweetness was present in your thoughts. Offer Him the fragrant leaf of devotion, the flowers of your emotions and impulses which are freed from the pests of lust, anger, etc. Give Him fruits grown in the orchard of your mind, sour or sweet, juicy or dry, bitter or sweet.
Sebuah penyakit yang tersembunyi dan membahayakan sedang merajalela diantara banyak orang, penyakit itu adalah ketidakpercayaan. Penyakit ini membakar tunas kecil keyakinan dan mengurangi kehidupan ke dalam sisa arang dan abu. Engkau tidak memiliki ukuran untuk memberikan penilaian, namun engkau berpura-pura memberikan penilaian. Keraguan, amarah, racun, penyakit — semuanya ini harus dibasmi sebelum semuanya itu tumbuh. Tetap lakukan pelantunan nama Tuhan, apakah engkau memiliki keyakinan atau tidak. Latihan ini sendirinya akan meningkatkan keyakinan; dan juga dengan sendirinya akan menciptakan bukti yang mana keyakinan dapat dibangun. Engkau terikat pada kuantitas, namun Tuhan hanya melihat pada kualitas. Tuhan tidak menghitung berapa banyak ‘beras manis’ yang engkau persembahkan namun berapa banyak kata-kata yang manis (sopan) yang engkau katakan, dan berapa banyak rasa manis di dalam pikiranmu. Persembahkan kepada-Nya daun wangi dari bhakti, bunga dari emosimu, dan gerak hati yang bebas dari hama nafsu, amarah, dsb. Persembahkan kepada-Nya buah yang tumbuh di pikiranmu, masam atau manis, penuh air atau kering, pahit atau manis. (Divine Discourse, February 8, 1963)
-BABA
No comments:
Post a Comment