People try to obtain peace by accumulating authority and wealth, which gives them power over others and the ability to command conveniences and comforts which will confer peace. But they quickly realise that both these paths are beset with fear, and the peace that one secures is liable to quick and violent extinction. How then can you achieve peace? Only through Love! Peace is the fruit of the tree of life; without it, the tree is a barren stump with zero value. The fruit is encased within a bitter skin, so that the sweet juice may be preserved and guarded; you must remove the skin to taste its sweetness and to strengthen yourself. The thick rind is symbolic of the six evil passions that encase everyone’s loving heart: lust, anger, greed, attachment, pride and hate. Those who succeed in removing the rind and contact the sweetness within through hard and consistent discipline attain the peace that is everlasting and unchanging.
Orang-orang mencoba mendapatkan kedamaian dengan mengumpulkan kekuasaan dan kekayaan, yang memberikan mereka kekuatan di atas yang lainnya dan kemampuan untuk menuntut kenyamanan yang akan memberikan kedamaian. Namun mereka dengan cepat menyadari bahwa kedua jalan ini diliputi dengan ketakutan, dan kedamaian yang seseorang dapatkan besar kemungkinan dengan cepat mengalami kepunahan dan kekerasan. Bagaimana kemudian engkau dapat mencapai kedamaian? Hanya dengan melalui cinta kasih! Kedamaian adalah buah dari pohon kehidupan; tanpa buah maka pohon itu tunggul tandus dengan tanpa nilai. Buah dibungkus dengan kulit yang pahit, sehingga saripatinya dapat dijaga dan diawetkan; engkau harus melepaskan kulitnya agar bisa merasakan rasa manis saripati buah itu dan menguatkan dirimu. Kulit tebal itu adalah simbol dari enam hasrat jahat yang membungkus hati manusia seperti : nafsu, amarah, tamak, keterikatan, kesombongan, dan kebencian. Bagi mereka yang berhasil dalam melepaskan kulit buah itu dan menyentuh rasa manis di dalamnya melalui disiplin yang ketat dan konsisten mendapatkan kedamaian yang kekal dan tidak berubah. (Divine Discourse, Jan 1, 1971)
-BABA
No comments:
Post a Comment