You must become your own tutor. Train yourself by using the spark of wisdom that has been implanted in you. Once you try with all your might, the Lord’s Grace will be there to help you forward. The first step in spiritual discipline is to cleanse your speech. Talk sweetly without anger. Do not boast of your scholarship or attainments. Be humble and eager to serve. Conserve speech and practice silence. It will save you from squabbles, idle thoughts and factions. Practice the attitude of joy when others are joyful and of grief when others around you are sad. Let your heart move in empathy. But the joy and grief have to be translated into service; they should not be mere emotions. When the sun rises, not all lotuses in the lake bloom; only the grown buds open their petals. Others await their time. It’s the same with people. Differences exist because of unripeness, but remember, all fruits will ripen and fall someday. Every being reaches its goal, however slow they walk or circuitous their road is!
Engkau harus menjadi pengajar bagi dirimu sendiri. Latihlah dirimu sendiri dengan menggunakan percikan kebijaksanaan yang telah ditanamkan di dalam dirimu. Sekali engkau mencoba dengan segenap kekuatanmu, karunia Tuhan akan ada untuk membantumu melangkah maju. Langkah pertama dalam latihan spiritual adalah membersihkan perkataanmu. Berbicaralah dengan lembut tanpa amarah. Jangan membanggakan kesarjanaanmu atau pencapaianmu. Jadilah rendah hati dan bersemangat untuk melayani. Berhematlah dalam bicara dan jalankan hening. Hal ini akan menyelamatkanmu dari pertengkaran, pikiran yang ngawur, dan perselisihan. Praktikkan sikap suka cita ketika yang lainnya bahagia dan ikut merasa sedih saat yang lainnya di sekitarmu merasa sedih. Biarkan hatimu tergerak dalam empati. Namun suka cita dan duka cita harus diterjemahkan dalam pelayanan; dan tidak hanya sebatas emosi. Ketika matahari terbit, tidak semua bunga teratai di kolam mekar; hanya tunas yang tumbuh yang membuka kelopaknya. Sedangkan yang lainnya menunggu waktu mereka. Adalah sama dengan manusia. Perbedaan ada karena ketidakdewasaan, namun ingatlah, semua buah akan matang dan jatuh suatu hari nanti. Setiap makhluk mencapai tujuannya, bagaimanapun lambatnya mereka berjalan atau berputar-putar jalan mereka! (Divine Discourse, Apr 23, 1961)
-BABA
No comments:
Post a Comment