The human body is like a chariot and the Atma (Soul) is the charioteer. The many million bodies in the Universe may have different forms and names. But the Atma (Soul) is one and the same. It is essential to recognise the unity that underlies the apparent diversity. For instance, hunger is common to all, though the food through which it is appeased may vary from an emperor to a beggar. Likewise, joy and grief, birth and death are common to all. Atma is common to everyone. Recognising this oneness, you must engage in service. Service as an act of Dharma (righteous duty) can be offered only by the one who is pure in heart, selfless and equal-minded towards everyone (Samatva). All opportunities of service should be regarded as an offering to God and every opportunity to serve should be welcomed as a gift from God. When you serve in this spirit, in due course, it will lead you to attain self-realisation.
Tubuh manusia adalah seperti sebuah kereta pedati dan Atma (jiwa) adalah pengemudinya. Ada banyak tubuh di alam semesta ini dan memiliki wujud serta nama yang berbeda. Namun Atma (Jiwa) adalah satu dan sama. Adalah bersifat mendasar untuk mengetahui kesatuan yang terdapat pada perbedaan yang ada. Sebagai contoh, rasa lapar adalah umum diketahui oleh semuanya, walaupun makanan yang dipakai untuk meredakan rasa lapar adalah sangat berbeda dari raja sampai pada pengemis. Sama halnya, suka cita dan duka cita, kelahiran dan kematian adalah umum bagi semuanya. Atma adalah umum bagi setiap orang. Untuk menyadari akan kesatuan ini maka engkau harus terlibat dalam pelayanan. Pelayanan adalah sebuah tindakan dari Dharma (kebajikan) hanya dapat dipersembahkan oleh seseorang yang berhati suci, tidak mementingkan diri sendiri dan berpikiran sama kepada setiap orang (Samatva). Semua kesempatan dalam pelayanan seharusnya dianggap sebagai sebuah persembahan kepada Tuhan dan setiap kesempatan untuk melayani seharusnya disambut sebagai hadiah dari Tuhan. Ketika engkau melayani dengan semangat ini, maka tepat waktunya ini akan menuntunmu pada pencapaian kesadaran diri. (Divine Discourse, Nov 19, 1987)
-BABA
No comments:
Post a Comment