People think that the more one has of worldly goods the happier one would be. But, as desires grow, disappointments and troubles also increase. There should be a limit to our desires, attachments and ambitions. The world is suffering from numerous troubles because people set no limits on their desires. It’s a mistake to seek an unending series of pleasures and comforts in life. Real happiness cannot be found that way. Without experiencing difficulties and troubles, how will you know the value of peace and pleasure? Life is a constant alternation between pleasure and pain, joy and sorrow, heat and cold. The sour rind that covers an orange protects the sweet juice inside. Hence look upon pain, anxiety and sorrow as the protecting cover for peace and bliss that you will experience later. Your mind is the cause of bondage and liberation as well.
Orang-orang berpikir bahwa semakin banyak seseorang memiliki barang-barang duniawi maka semakin bahagia hidupnya. Namun, semakin keinginan meningkat, kekecewaan, dan masalah juga akan meningkat. Seharusnya ada batasan untuk keinginan, keterikatan, serta ambisi kita. Dunia sedang menderita dari begitu banyak masalah karena manusia tidak memberikan batasan pada keinginannya. Merupakan sebuah kesalahan dengan mencari berbagai jenis kesenangan dan kenyamanan yang tidak berkesudahan dalam hidup ini. Kebahagiaan yang sesungguhnya tidak dapat ditemukan dengan cara itu. Tanpa mengalami kesulitan dan masalah, bagaimana engkau akan mengetahui nilai dari kedamaian dan kesenangan? Hidup adalah sebuah pergantian yang terjadi secara terus menerus diantara kesenangan dan kesedihan, suka cita, dan duka cita, panas dan dingin. Kulit asam yang menutupi jeruk adalah untuk melindungi rasa manis yang ada di dalamnya. Oleh karena itu lihatlah penderitaan, kecemasan, dan kesulitan sebagai pelindung dari kedamaian serta kebahagiaan yang akan engkau alami nantinya. Pikiranmu adalah penyebab dari perbudakan dan kebebasan. → Divine Discourse, May 14, 1984.
-BABA
No comments:
Post a Comment