Monday, January 23, 2012

Thought for the Day - 23rd January 2012 (Monday)

A crocodile's strength depends on it being in water; the strength of Dharma (Right Conduct) depends on it being practised. Dharma will be weak when it is taken out of practice and thrown on the sands of words. Sathya is a matter of speech and it gets strength when it is consistently practised. The term ‘Strength’ here has two meanings: Animal (Asuric) strength and Dharmic strength. In the epic Mahabharatha, Bhima (the second of the five Pandava brothers) had physical strength, but as his elder brother Dharmaja was by his side, Bhima's strength became Dharmic. The Pandavas were saved by their adherence to Dharma! But for their right conduct, they would have suffered defeat right in the very beginning. And why did the Kauravas (the hundred brothers whom the Pandavas fought against) lose in spite of their undoubted strength? They lacked Dharmic strength. All that they could rely on was sheer animal strength. 

Kekuatan seekor buaya apabila buaya tersebut berada di dalam air, kekuatan Dharma (Tindakan yang Benar/ kebajikan) tergantung jika Dharma itu dipraktekkan. Dharma akan lemah jika tidak dipraktekkan lagi dan hanya dilempar dalam pasir kata-kata. Sathya berarti kata-kata dan itu akan memiliki kekuatan ketika dipraktekkan secara konsisten. Istilah 'Kekuatan' memiliki dua makna: kekuatan Hewan (Asuric) dan kekuatan Dharma. Dalam epik Mahabharatha, Bima (kedua dari lima bersaudara Pandawa) memiliki kekuatan fisik, tetapi sebagai kakaknya Dharmaja ada di sampingnya, kekuatan Bhima menjadi dharma. Pandawa diselamatkan oleh kepatuhan mereka terhadap Dharma! Tetapi untuk bertindak benar/ melakukan kebajikan, pada awalnya mereka menderita kekalahan. Dan mengapa para Korawa (seratus saudara yang berperang melawan Pandawa) kehilangan kekuatan meskipun kekuatan mereka tidak diragukan? Ini disebabkan karena mereka tidak memiliki kekuatan dharma. Mereka semua hanya mengandalkan kekuatan hewan belaka.

-BABA

No comments: