You should cultivate an attitude of inseparable attachment to the Lord, Who is your very Self. If He be a flower, consider yourself a bee that savours its honey; if He is a tree, be a creeper that clings to it; if a cliff, then feel that you are a cascade running over it; if He is the sky, be a tiny star that twinkles in it. Above all, be conscious of the truth that you and He are bound by Supreme Love. If you feel this acutely, with subtle intelligence, then the journey will be quick and the goal can be achieved. There is a difference between subtle and gross intelligence. Sthula buddhi (external knowledge or gross intelligence) keeps you walking, but the subtle intelligence will make you fly to your destination. The gross is too much tied to body consciousness where as the subtle transcends the body and will lighten your burden.
Engkau hendaknya mengembangkan sikap keterikatan yang tak terpisahkan pada Tuhan, Siapa Dirimu sesungguhnya. Jika Dia menjadi bunga, anggaplah dirimu sebagai lebah yang menikmati madu bunga tersebut, jika Dia sebagai pohon, menjadilah tanaman merambat yang menempel pada pohon tersebut, jika Dia sebagai tebing, rasakanlah engkau sebagai air terjun yang mengalir di atasnya, jika Dia adalah langit, jadilah bintang kecil yang berkerlap-kerlip di langit tersebut. Di atas segalanya, sadarilah akan kebenaran bahwa engkau dan Dia terikat dengan Cinta-Kasih yang Agung. Jika engkau benar-benar merasakan hal ini, dengan batinmu, maka perjalananmu akan lebih cepat dan tujuanmu dapat tercapai. Ada perbedaan antara kecerdasan batin dengan kecerdasan luar. Sthula buddhi (pengetahuan eksternal atau kecerdasan luar) membuat engkau berjalan, tetapi kecerdasan batin akan membuat engkau terbang menuju tujuanmu. Kecerdasan luar terlalu banyak terkait dengan kesadaran badan sedangkan kecerdasan batin melampaui badan dan akan meringankan bebanmu.
-BABA
No comments:
Post a Comment