To hate or injure other beings is as bad as hating and injuring oneself. The reason being that the injurer is as much a living being with God as the core, as the injured is. Until you become aware of your own Divinity (Deva-tatwa) so long as you are conscious of your distinct individuality (Jiva-tatwa) - till you feel you are you and God is God, you struggle, with some attitudes and objectives. This is called the Sadhaka stage. During that stage, you must endeavour to equip yourself with the qualities of love, sympathy and compassion. For, without these, Yoga and Jnana (wisdom) cannot be secured. Love is vital, it is divine. To render an act fit to be offered to God and pure enough to win His Grace, it must be a manifestation of Love. The brighter the manifestation, the nearer you are to God.
Membenci atau melukai makhluk lain sama artinya dengan membenci dan melukai diri sendiri. Alasannya melukai makhluk hidup, dimana Tuhan sebagai intinya, kita sendiri juga terluka. Sampai engkau menyadari Divinity-mu sendiri (Deva-tatwa) selama engkau menyadari individualitasmu yang berbeda (Jiva-tatwa) - sampai engkau merasa bahwa engkau adalah engkau dan Tuhan adalah Tuhan, engkau berjuang, pada berbagai sikap dan tujuan. Ini disebut dengan tahapan Sadhaka. Selama tahapan itu, engkau harus berusaha untuk melengkapi dirimu dengan kualitas cinta-kasih, simpati dan kasih sayang. Sebab, tanpa ini, Yoga dan Jnana (kebijaksanaan) tidak dapat diperoleh. Cinta-kasih itu penting, karena cinta-kasih adalah Tuhan. Untuk membuat suatu tindakan yang layak untuk dipersembahkan kepada Tuhan dan kemurnian yang cukup untuk memenangkan Berkat-Nya, kita harus memiliki rasa Cinta-kasih. Semakin banyak engkau memancarkan cinta-kasih, semakin dekat engkau dengan Tuhan. (Divine Discourse, 29 Jul 1969)
-BABA
No comments:
Post a Comment