We generally consider direct perception as the most important type of evidence. We are able to see our body, the number of hands, legs, eyes we have and so on. This is one type of proof. Consider another example: We boil milk. After heating, we add some yoghurt to it in the night and wake up the next morning to find that the whole milk has turned into curd (Yoghurt). Though our eyes don’t see the transformation process, our own action provides us the proof and we don’t need anyone else to convince us that the change from milk to curd has really occurred, though the change process was not visible directly to our eyes. So too, though the Soul (Atma) is invisible, and we cannot see it, we must have faith in its existence. Several great sages and saints have had the direct experience of Divinity in their present lives and have conveyed the teachings to us.
Kita umumnya menganggap penglihatan langsung sebagai tipe yang paling penting dari bukti. Kita dapat melihat badan kita, jumlah tangan, kaki, mata, dan sebagainya yang kita miliki. Ini adalah salah satu jenis bukti. Pertimbangkan contoh lainnya: Kita merebus susu. Setelah proses pemanasan, kita menambahkan beberapa yoghurt ke dalamnya di malam hari dan bangun keesokan harinya kita menemukan bahwa susu telah berubah menjadi dadih (Yoghurt). Meskipun mata kita tidak melihat proses perubahannya, tindakan kita sendiri memberikan kita bukti dan kita tidak butuh orang lain untuk meyakinkan kita bahwa perubahan dari susu menjadi dadih telah benar-benar terjadi, meskipun proses perubahan itu tidak terlihat langsung oleh mata kita. Demikian juga, meskipun Jiwa (Atma) tidak terlihat, dan kita tidak bisa melihatnya, kita harus memiliki keyakinan akan keberadaannya. Beberapa orang bijak yang agung dan orang-orang suci telah memiliki pengalaman langsung dengan Tuhan dalam kehidupan mereka saat ini dan telah menyampaikan ajaran-ajaran-Nya kepada kita. (My Dear Students, Vol 2, Ch 15, Mar 1, 1981)
-BABA
No comments:
Post a Comment