The word surrender has been misinterpreted and people promote idleness in the name of surrender. We think that we have surrendered our mind and body to the Lord. Your mind is not under your own control, how then can you hold it and give it to the Lord? You have no control over your own body too. So to say that you have surrendered your mind and body to the Lord is untrue! The flute is a very good example of an instrument close to the Lord and the one great quality in the flute is its complete surrender. There is nothing left inside the flute – it has no residual desires and is completely hollow. Like the flute has nine holes, our body also has nine holes. If we successfully remove the pulp of desire from our body, then there is no doubt that our body-flute will also become nearer and dearer to the Lord.
Kata berserah diri telah disalahartikan dan orang-orang meningkatkan kemalasan atas nama berserah diri. Kita berpikir bahwa kita telah menyerahkan pikiran dan tubuh kita kepada Tuhan. Pikiranmu tidak ada dibawah kendalimu, lantas bagaimana engkau dapat memegangnya dan mempersembahkannya kepada Tuhan? Engkau tidak memiliki pengendalian atas tubuhmu juga. Jadi dengan mengatakan bahwa engkau telah menyerahkan pikiran dan tubuhmu kepada Tuhan adalah tidak benar! Seruling adalah contoh yang sangat bagus sebagai sebuah alat yang dekat dengan Tuhan dan salah satu kualitas yang hebat dari seruling adalah berserah diri sepenuhnya. Tidak ada yang tersisa di dalam seruling – tidak ada keinginan yang ditinggalkan dan sepenuhnya berlubang. Seperti halnya seruling dengan sembilan lubang, tubuh kita juga memiliki sembilan lubang. Jika kita dengan berhasil menghilangkan ampas keinginan dari tubuh kita, maka kemudian tidak ada keraguan lagi bahwa seruling tubuh kita juga akan menjadi dekat dan disayang oleh Tuhan. (Summer Showers in Brindavan 1974, Vol 1, Ch 3)
-BABA
No comments:
Post a Comment