Lord Krishna indicated the qualities one should possess to enable them to earn the love of the Lord. In Bhagavad Gita, Krishna declared, desirelessness (Anapeksha) as the first important quality. All sensual pleasures are ephemeral. But most people are content with sensual pleasures. Greater than the sensual is the transcendental path, Shreyo marga, which confers lasting bliss. When you do any action as an offering to God, it gets sanctified. Such an act becomes anapeksha (a desireless act). Every selfless act of devotion becomes an action free from the taint of desire. The second quality is purity (Shuchi). What is required is both internal and external purity. God cares only for Chitta-shuddhi (purity of the mind). The third quality is dhaksha. This means that the devotee should be steadfast and unwavering in any situation. With their mind firmly rooted in God, they should engage themselves in service of others and perform actions in a spirit of detachment.
Sri Krishna menyatakan sifat yang seseorang harus miliki agar memungkinkan baginya untuk bisa mendapatkan kasih Tuhan. Dalam Bhagavad Gita, Sri Krishna menyatakan, tanpa keinginan (Anapeksha) sebagai kualitas pertama yang penting. Semua kesenangan sensual adalah bersifat sementara. Namun kebanyakan orang puas dengan kesenangan sensual. Lebih hebat daripada sensual adalah jalan transcendental (jalan di luar pemahaman manusia), Shreyo marga, yang mana memberikan kebahagiaan yang abadi. Ketika engkau melakukan pekerjaan apapun sebagai persembahan kepada Tuhan maka pekerjaan itu disucikan. Perbuatan itu menjadi anapeksha (perbuatan tanpa keinginan). Setiap perbuatan bhakti yang tidak mementingkan diri sendiri menjadi sebuah perbuatan yang bebas dari noda keinginan. Kualitas yang kedua adalah kesucian (Shuchi). Apa yang diperlukan untuk kesucian di dalam dan di luar. Tuhan hanya peduli pada Chitta-shuddhi (kesucian pada pikiran). Kualitas yang ketiga adalah dhaksha. Hal ini berarti bahwa bhakta seharusnya menjadi mantap dan tidak tergoyahkan dalam siatuasi apapun juga. Dengan pikiran mereka secara kuat terpatri kepada Tuhan, mereka seharusnya melibatkan diri mereka dalam pelayanan kepada yang lain dan menjalankannya dengan semangat tanpa keterikatan. (Divine Discourse, Oct 3, 1996)
-BABA
No comments:
Post a Comment