True love is the sweet fruit that grows out of the fragrant flower of good deeds. Today, when any difficulty arises or when some trouble crops up, love turns into hatred. Whatever be the vicissitudes one may face, whatever be the personal sorrows and privations one may undergo, a person with true love should remain unaffected. Love rules without recourse to the sword. It binds without laws. Like the glow of the flame in a fire or the rays of the sun or the waves in the ocean, divine love is the basic quality of every true human being. True Love is practising pure and unselfish love towards all living beings, who are all embodiments of the Divine, with no expectation of reward! A genuine loving person will be free from dislike or hatred, and is friendly and compassionate towards all beings (Adweshta sarva bhutanam, maitrah, karuna evacha). Only those with this attitude are worthy of being called human beings!
Kasih yang sejati adalah buah manis yang berasal dari bunga harum dari perbuatan-perbuatan baik. Hari ini, ketika kesulitan apapun muncul atau ketika beberapa masalah timbul, kasih berubah menjadi kebencian. Apapun perubahan yang seseorang mungkin hadapi, apapun penderitaan pribadi dan kekurangan yang seseorang mungkin alami, seseorang yang dengan kasih sejati seharusnya tetap tidak terpengaruh. Kasih mengatur tanpa bantuan pedang dan mengikat tanpa hukum. Hal ini seperti kilauan nyala lidah api pada api atau cahaya dari mentari atau gelombang di lautan, kasih Tuhan adalah sifat dasar dari setiap manusia. Kasih sejati menjalankan kasih yang murni dan tidak mementingkan diri sendiri kepada semua makhluk hidup, yang semuanya adalah perwujudan dari keilahian, dengan tidak mengharapkan imbalan! Orang yang dengan kasih sejati akan bebas dari rasa tidak suka atau kebencian, dan ramah serta welas asih kepada semuanya (Adweshta sarva bhutanam, maitrah, karuna evacha). Hanya mereka dengan sikap ini yang layak disebut sebagai manusia! (Divine Discourse, May 6, 1985)
-BABA
No comments:
Post a Comment