The story of Rukmini Kalyana is not simply the story of a marriage. It is the union of Purusha (Supreme Spirit) with Prakriti (creation, objective world). Rukmini is the individual self (jiva), and Krishna is the Supreme Self (Paramatma). Rukmini suffered from the rules and restrictions imposed by the objective world; egoism is her brother and worldliness is her father. Just think of this fact: Rukmini never met Krishna before - her soul yearned for the Lord intensely. With earnest good conduct, she sought refuge in God. Her parents, brother and all relatives objected, but every individual is born to work out their destiny, not to act a role in someone else’s drama. Each one is born to serve their own sentence and in the end, they are free. Nobody remains in prison on the pretext that a dear comrade is still in! Rukmini’s prayers, repentance, yearning, and steadfastness were amply rewarded and the Lord rushed to accept her!
Cerita dari Rukmini Kalyana bukanlah hanya sebatas cerita pernikahan. Ini adalah penyatuan dari Purusha (Jiwa yang tertinggi) dengan Prakriti (ciptaan, dunia objektif). Rukmini adalah jiwa setiap individu (jiva), dan Sri Krishna adalah Jiwa yang tertinggi (Paramatma). Rukmini menderita dari aturan dan batasan yang ditentukan oleh dunia objektif; egoisme adalah kakaknya dan duniawi adalah ayahnya. Coba pikirkan kenyataan ini: Rukmini tidak pernah bertemu dengan Sri Krishna sebelumnya – jiwanya sangat merindukan Sri Krishna dengan sungguh-sungguh. Dengan kesungguhan dalam tingkah laku yang baik, Rukmini mencari perlindungan pada Tuhan. Orang tua, saudara, dan seluruh kerabatnya merasa keberatan, namun setiap individu lahir untuk mencapai takdirnya, bukan untuk memainkan drama dari kehidupan orang lain. Setiap orang lahir untuk menjalani hukuman mereka sendiri sampai habis dan pada akhirnya mereka bebas. Tidak ada yang tetap tinggal di dalam penjara dengan alasan bahwa kerabat tersayang mereka masih ada di dalam penjara! Doa pertobatan, kerinduan, dan ketabahan dari Rukmini sangat dihargai dan Tuhan bergegas untuk menerimanya! (Divine Discourse, Oct 28, 1963)
-BABA
No comments:
Post a Comment