Humanness is a combination of the body and consciousness. One has to embark on self-scrutiny as the first step in spirituality. Only then the reality can be comprehended. No one undertakes self-examination, though everyone is ready to condemn others. Only the person who is prepared to examine and punish himself for his lapses is competent to judge others. Students and devotees should realise that control of the senses is quite simple. What is necessary is not to encourage negative feelings when they arise and adopt positive attitudes. For instance, Buddha confronted the anger of a demon with his love and transformed him. Many students today are subject to depression and are confused in mind. The reason for this is their weakness owing to lack of self-confidence. When there is total faith in God, then there will be no room for depression.
Kemanusiaan adalah sebuah gabungan dari tubuh dan kesadaran. Seseorang harus memulai dalam memeriksa pemikiran dan perasaan sebagai langkah awal dalam spiritual. Hanya dengan demikian kenyataan dapat dipahami. Tidak ada seorangpun menjalani pemeriksaan diri, walaupun setiap orang siap untuk menyalahkan orang lain. Hanya seseorang yang siap untuk memeriksa dan menghukum dirinya sendiri atas kesalahannya maka memiliki kompetensi untuk menghakimi yang lainnya. Para pelajar dan bhakta seharusnya menyadari bahwa pengendalian indera adalah cukup sederhana. Apa yang diperlukan adalah tidak mendorong perasaan-perasaan negatif ketika muncul dan membangkitkan sikap yang positif. Sebagai contoh, Buddha menghadapi kemarahan dari raksasa dengan kasihnya dan merubahnya. Banyak pelajar hari ini mengalami depresi dan kebingungan di dalam pikiran. Alasan dari ini adalah kelemahan mereka karena kurangnya rasa percaya diri. Ketika ada keyakinan penuh pada Tuhan, maka tidak akan ruang bagi depresi. (Divine Discourse, Sep 7, 1997)
-BABA
No comments:
Post a Comment