Through continuous and consistent spiritual discipline, man can control the vagaries of the mind, which, by their variety and vanity, cause disappointment and distress! What is required is awareness of the vicious game that the mind plays. It presents before one’s attention, one source after another of temporary pleasure; it doesn’t allow any interval for you to weigh pros and cons. When hunger is appeased, it holds before the eye the attraction of the film, or reminds the ear of the charm of music, or makes the tongue water for the pleasant taste of something it craves for. The wish becomes very soon an urge for action; the urge soon gathers strength and yearning becomes uncontrollable! The burden of desires gradually becomes too heavy and one gets dispirited and sad. Train the mind to turn towards intelligence for inspiration and guidance, not towards senses for adventures and achievements. That will make it an instrument for reducing your vagaries and saving time and energy for more vital matters!
Melalui disiplin spiritual yang tanpa henti dan konsisten, manusia dapat mengendalikan tingkah polah pikiran, yang mana dengan keragaman dan kesombongannya menyebabkan kekecewaan dan kesusahan! Apa yang diperlukan adalah kesadaran terhadap permainan kejam yang dimainkan oleh pikiran. Pikiran memunculkan di hadapan perhatian seseorang, satu demi satu sumber kesenangan sementara; pikiran tidak mengizinkan sedikitpun bagimu untuk menimbang keuntungan dan kerugiannya. Ketika rasa lapar dipenuhi, pikiran membentangkan di depan mata daya tarik film, atau mengingatkan telinga merdunya musik, atau membuat lidah berair untuk merasakan sesuatu yang diinginkan. Keinginan segera menjadi dorongan untuk bertindak; kekuatan dorongan itu segera mengumpulkan kekuatan dan kerinduan menjadi tidak terkendali! Beban dari keinginan berangsur-angsur menjadi terlalu berat dan membuat seseorang menjadi putus asa dan sedih. Latihlah pikiran untuk beralih menuju pada kecerdasan untuk inspirasi dan tuntunan, bukan mengarah pada petualangan dan pemenuhan indera. Itu akan menjadikan pikiran sebagai sebuah alat untuk mengurangi keanehan dirimu dan menyimpan energi untuk hal-hal yang lebih vital! (Divine Discourse, Apr 01, 1975)
-BABA
No comments:
Post a Comment