Date: Saturday, September 01, 2012
The
spiritual aspirant is given to wonder which one is better or true - the Saguna
(with form) aspect or the Nirguna (formless) aspect of God. Understand that
they are like ice and water. Though water is formless, it takes the form of the
vessel which contains it. Water and ice are one and the same. Similarly there
is no difference between the two forms of worship. In the spiritual journey,
Saguna and Nirguna meditation are like the right and left feet. When you
worship a form of the Lord, bear in mind the underlying formless aspect.
Remember that God’s Glory can never be contained through words or forms of
worship. Similarly, during the Nirguna meditation, do not lose faith or
diminish the majesty or glory that the Form carries. The final step, however, must
be the auspicious right foot, the Nirguna aspect.
Para aspiran spiritual sering bertanya-tanya, manakah
yang lebih bagus: apakah aspek Tuhan yang bersifat Saguna (berwujud) ataukah
Nirguna (tanpa wujud). Ketahuilah, bahwa kedua aspek itu adalah bagikan batu-es
dan air. Walaupun air tidak memiliki wujud/bentuk, namun ia akan mengambil
wujud sesuai dengan wadah yang menampungnya. Air dan batu es pada hakekatnya
adalah sama dan satu adanya. Demikian pula, tiada perbedaan antara kedua cara
pemujaan tadi. Dalam perjalanan spiritual, meditasi secara Saguna maupun
Nirguna adalah ibarat kaki-kiri dan kaki-kanan. Ketika engkau memuja aspek
Tuhan yang berwujud, ingatlah selalu tentang aspek tanpa-wujud yang
mendasarinya. Ingatlah selalu bahwa kemuliaan Tuhan tidak akan cukup untuk
diungkapkan begitu saja melalui kata-kata maupun wujud yang terdapat dalam
metode pemujaan itu. Demikianlah, selama menjalani meditasi Nirguna, janganlah
kehilangan harapan maupun mengabaikan kemuliaan yang terkandung dalam nama dan
rupa. Sebagai langkah pamungkas, tentunya kita akan menuju kepada aspek
Nirguna, sang kaki kanan.
-BABA
Date: Sunday, September 02, 2012
To tame
anger and other negative emotions is a hard and slow process, which requires
patience, persistence and time. There was once a huge wrestler who was
strutting along a street, proud of his physical strength and victory over many
rivals. As he passed by, an innocent middle aged woman laughed at his stature.
The wrestler observed this, gnashed his teeth in anger and was about to pounce
on her. The woman retorted, “How can you consider yourself strong when you
cannot even take a woman’s laughter calmly?” The wrestler, in a split second,
realized his folly and hung his head in shame. Forbearance (Sahana) is the best
spiritual practice (Sadhana). Practice forbearance and fortitude - this is the
foremost and greatest lesson from the scriptures.
Menjinakkan kemarahan serta emosi-emosi negatif
lainnya memang adalah proses yang keras serta lamban, ia membutuhkan kesabaran,
keteguhan serta waktu. Suatu ketika ada seorang pegulat bertubuh tinggi-besar
yang secara angkuh membanggakan kekuatan fisik serta kemenangannya atas banyak
lawan-lawannya. Suatu ketika ia berpapasan dengan seorang wanita separuh-baya
yang justru mentertawakan kesombongannya itu. Si pegulat merasa sangat marah
dan bersiap-siap untuk memukul wanita tadi. Selanjutnya sang wanita itu
menegurnya sebagai berikut, "Bagaimana anda bisa menganggap diri anda kuat
ketika anda bahkan tidak bisa menerima tertawaan seorang wanita dengan legawa?"
Sang pegulat langsung menyadari kebodohannya dan malu sembari menundukkan
kepalanya. Kesabaran (Sahana) merupakan praktek spiritual (Sadhana) yang
terbaik. Praktekkanlah kesabaran serta ketabahan, sebab inilah pelajaran
terpenting dan terutama dari kitab-kitab suci.
-BABA
Date: Monday, September 03, 2012
Every
individual soul is destined to lose its separate name and form and merge in the
Formless and Nameless. Some believe that since the particular, individual soul
is caught up in birth and death, it can never attain the merger with the
eternal. No! Using the opportunity of this birth, you must strive to break the
bonds and cleanse yourself from sin. Attaining merger with Divinity is the only
goal worth striving for. The scriptures have laid down the steps to attain
peace, contentment and joy. Get acquainted with them through the learned people
and experience these virtues. Never forget this – the first and most important
step in the spiritual path is to remove the weeds in the garden of your heart,
by plucking away the bushes of lust and greed, hate and pride. Clear the ground
thus, and plant the fragrant flowering plants of love, and the sweet fruits of
virtue will soon emerge.
Nama dan rupa dari setiap jiwa individu pasti akan
lapuk untuk kemudian bersatu-kembali dengan Yang Tanpa-Wujud dan Tanpa-Nama.
Ada sekolompok orang yang berpandangan bahwa oleh karena jiwa individu telah
terperangkap dalam kelahiran dan kematian, maka ia tidak akan bisa
bersatu-kembali dengan Yang Maha Abadi. Pandangan seperti ini keliru adanya!
Justru dengan memanfaatkan kesempatan melalui kelahiran ini, engkau harus
berjuang untuk menembus kemelekatan serta membersihkan dirimu dari dosa-dosa.
Bersatu kembali dengan Sang Ilahi merupakan tujuan utama yang pantas untuk
engkau perjuangkan. Kitab-kitab suci telah memberitahukan langkah-langkah yang
perlu dilakukan untuk mencapai kedamaian, keseimbangan batin serta kebahagiaan.
Pelajarilah ajaran-ajaran itu melalui persekutuan dengan mereka-mereka yang
terpelajar, agar engkau dapat memetik nilai manfaatnya. Ingatlah selalu, bahwa
langkah pertama dan yang terpenting dalam jalan spiritual adalah menyingkirkan
terlebih dahulu hama wereng yang ada di kebun hatimu, petik dan buanglah
semak-belukar berupa hawa-nafsu dan keserakahan, kebencian dan kesombongan.
Bersihkanlah tanah garapanmu serta tanamilah dengan bunga semerbak (cinta-kasih
murni); agar kelak engkau akan memetik buah kebajikan.
-BABA
Date: Tuesday, September 04, 2012
How can you
serve the Lord in others, when the senses drag you away from that service? How
can you serve when passions peep in, to tarnish the love that inspires that
service? Letting one’s senses have their way, by directing them on the
objective world of tastes, smells, shapes, melodies and softnesses is to fall
into a bottomless pit. The Lord of the World is engaged in spreading ananda
(bliss) in this world; you too should be engaged in this noble task of spreading
ananda around. The control and the sublimation of the senses is the most
important and essential thing for this.
Bagaimana mungkin engkau bisa melayani Tuhan (yang
bersemayam) di dalam diri orang lain, jikalau ternyata panca-inderamu malahan
justru menyeretmu untuk menjauh dari tindakan pelayanan? Bagaimana mungkin
engkau bisa memberi pelayanan ketika masih ada perasaan suka dan tidak suka,
yang mengaburkan semangat cinta-kasih sumber inspirasi dalam pelayanan? Apabila
engkau memberi jalan kepada indra-indramu untuk dibiarkan terjebak dalam buaian
dunia indriawi, maka itu merupakan langkah awal untuk terjerumus ke dalam sumur
kegelapan. Tuhan selalu menyebarkan ananda (kebahagiaan luhur) di dunia ini;
ikutilah jejak langkah-Nya itu. Pengendalian dan pemurnian panca-indera
merupakan hal yang sangat penting dan esensial.
-BABA
Date: Wednesday, September 05, 2012
Teachers
should try to impart the finest education at minimum cost and make children
lead pure and noble lives. Without being bound by considerations of hours of
work, teachers must when necessary, be prepared to put in extra hours to remove
the doubts of students and help them to complete their assignments. Teachers,
this is your duty. Holding fast to Truth, you must make Righteousness, Peace,
Love and Nonviolence, the guideposts for your life, at all times. You should
not limit yourself to imparting the five human values alone. You must also
create the environment which will be conducive to the practice of these basic
values. When you have dedication and devotion, you will be able to face all the
challenges in the discharge of your duties. If teachers play their role
properly, they have the power to transform the entire nation.
Guru hendaknya mencoba untuk memberikan pendidikan terbaik
dengan biaya minimum dan membuat anak-anak menjalani kehidupan yang murni dan
mulia. Guru hendaknya tidak terikat dengan jam kerja, dan bila diperlukan, selalu
siap untuk meluangkan waktu ekstra untuk menghilangkan keraguan siswa dan membantu
siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Para guru, inilah kewajibanmu-mu.
Berpegang teguh pada Kebenaran, engkau harus membuat Kebajikan, Kedamaian, Cinta-kasih,
dan Tanpa-kekerasan, sebagai tonggak
penunjuk untuk kehidupanmu. Engkau hendaknya tidak membatasi dirimu hanya untuk
menyampaikan lima nilai-nilai kemanusiaan saja. Engkau juga harus menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk
mempraktekkan kelima nilai-nilai dasar tersebut. Bila engkau memiliki ketaatan
dan pengabdian, engkau akan dapat menghadapi semua tantangan dalam melaksanakan
tugas-tugasmu. Jika guru memainkan peran mereka dengan baik, mereka memiliki
kekuatan untuk mengubah seluruh bangsa.
-BABA
No comments:
Post a Comment