Tuesday, December 31, 2013
Thought for the Day - 31st December 2013 (Tuesday)
Thought for the Day - 30th December 2013 (Monday)
Sunday, December 29, 2013
Thought for the Day - 29th December 2013 (Sunday)
Saturday, December 28, 2013
Thought for the Day - 28th December 2013 (Saturday)
Friday, December 27, 2013
Thought for the Day - 27th December 2013 (Friday)
Thursday, December 26, 2013
Thought for the Day - 26th December 2013 (Thursday)
Wednesday, December 25, 2013
Thought for the Day - 25th December 2013 (Wednesday)
Tuesday, December 24, 2013
Thought for the Day - 24th December 2013 (Tuesday)
Monday, December 23, 2013
Thought for the Day - 23rd December 2013 (Monday)
Sunday, December 22, 2013
Thought for the Day - 22nd December 2013 (Sunday)
Teachers should never curse their pupils, whatever the provocation. They must always bless them. The teacher who swears like a boor, reduces oneself to the level of a boor. They should watch their own behavior rigorously and find out whether there is some habit or trait, which if imitated by the student, will be harmful. They should themselves follow the advice they give. Otherwise, they will be teaching hypocrisy to the little children and encourage them to acquire the cunningness of not being caught when doing wrong. It is sheer mental weakness and cowardice that allows hypocrisy to develop. If you have the courage to face the consequences you will never utter falsehood. The teacher should not try to rule through the easier means of fear, for that is full of dangerous consequences for the pupils. They should try rather the path of Love.
Para guru hendaknya tidak pernah memaki murid-murid mereka, apapun penyebabnya-nya. Mereka harus selalu memberkati mereka. Guru yang memaki dengan kata-kata yang tidak sopan, menurunkan diri mereka sendiri ke tingkat yang kurang sopan. Mereka harus memperhatikan perilaku mereka sendiri dengan teliti dan mencari tahu apakah ada beberapa kebiasaan atau sifat, yang jika ditiru oleh siswa, akan membahayakan siswa. Mereka sendiri harus mengikuti saran yang mereka berikan. Jika tidak, mereka akan mengajar kemunafikan kepada anak-anak kecil dan mendorong mereka untuk belajar berbohong dan tidak disalahkan ketika melakukan kesalahan. Hal ini akan menyebabkan kelemahan mental dan sifat pengecut pada anak-anak karena mengembangkan kemunafikan. Jika engkau memiliki keberanian untuk menghadapi konsekuensi-nya, engkau tidak akan pernah mengucapkan kebohongan. Para guru hendaknya tidak mengajarkan pada siswa untuk menghindari konsekuensi karena apapun yang dilakukan penuh dengan konsekuensi. Mereka hendaknya memilih jalur yang lebih tepat yaitu jalur cinta-kasih. (Divine Discourse, Nov 25, 1959)
-BABA
Saturday, December 21, 2013
Thought for the Day - 21st December 2013 (Saturday)
People suffer from two types of agony - the first one can be allayed through others’ intercession and the second can be allayed only by your own effort. For instance, hunger and thirst can be overcome only when you eat or drink. However much others may eat, will it abate even an iota of your hunger? So too, if your wife, mother or son offers to take an injection on your behalf, can your illness be cured? The hunger and illness of your soul is also the same. You must help yourself. The illness you face today is due to some infection. Your illness is caused by the viruses of desire, anger, greed, delusion, pride, jealousy (Kama, Krodha, Lobha, Moha, Madha and Mathsarya). These viruses prevent your Divinity from shining forth; they cause discontent, worry, grief and pain. You can overcome them by manifesting your inner strength. Do not yield, fight them with the faith that you are eternal and unconquerable.
Orang-orang menderita dua jenis penderitaan - yang pertama dapat disembuhkan melalui perantaraan orang lain dan yang kedua bisa disembuhkan hanya dengan usahamu sendiri. Misalnya, lapar dan haus hanya bisa diatasi bila engkau makan atau minum.Walaupun orang lain dapat makan sebanyak mungkin, apakah itu dapat meredakan/menghilangkan rasa laparmu? Demikian juga, jika istrimu, ibu atau anakmu menawarkan untuk mengambil suntikan atas namamu, apakah sakit yang engkau derita dapat disembuhkan? Sama halnya dengan kelaparan dan sakit yang engkau derita. Engkau harus membantu dirimu sendiri. Penyakit yang engkau hadapi saat ini adalah karena beberapa infeksi. Penyakit itu disebabkan oleh virus keinginan, kemarahan, keserakahan, kebodohan, kesombongan, kecemburuan (Kama, Krodha, Lobha, Moha, Madha dan Mathsarya). Virus ini mencegahmu dari Divinity yang bersinar dalam dirimu, mereka menyebabkan ketidakpuasan, khawatir, kesedihan dan penderitaan. Engkau dapat mengatasinya dengan mewujudkan kekuatan batin yang ada dalam dirimu. Jangan menyerah, lawanlah mereka dengan keyakinan bahwa engkau adalah kekal dan tak terkalahkan. (Divine Discourse, Nov 26, 1964)
-BABA
Friday, December 20, 2013
Thought for the Day - 20th December 2013 (Friday)
You must develop a sense of spiritual oneness. Out of that sense of oneness, love will grow. Love alone can bind the whole of humanity into one unit. What do you see in the precincts of Prashanthi Nilayam? People gather from Japan, Indonesia, Malaysia and all parts of the world. What has brought them together in this small village? It is only love and the sense of oneness shared with others. The bliss of life is embedded in love, and it gives you pure bliss. When your life dances on the waves of this love, it attains fulfillment. Love and Sacrifice (Prema and Thyaga) are the two most important ideals in life. Love all, even those who hate you. That is the index of your devotion. Peace, truth and love are inherent in every being. Why do you search for them outside? Manifest these qualities which are within you. Cultivate forbearance and compassion. This is the way to foster the love principle.
Engkau harus mengembangkan rasa kesatuan spiritual. Dari rasa kesatuan ini, maka cinta-kasih akan berkembang. Hanya dengan cinta-kasih dapat mengikat seluruh umat manusia ke dalam satu unit. Apa yang engkau lihat di lingkungan Prashanthi Nilayam? Orang-orang yang berasal dari Jepang, Indonesia, Malaysia dan dari seluruh bagian dunia berkumpul bersama-sama. Apa yang telah membawa mereka bersama-sama ke desa kecil ini? Hanya cinta-kasih dan rasa kesatuan untuk berbagi dengan orang lain. Kebahagiaan hidup tertanam dalam cinta-kasih, dan memberikan kepadamu kebahagiaan murni. Ketika hidupmu menari di atas ombak cinta-kasih ini, maka engkau akan mencapai kepuasan. Cinta-kasih dan pengorbanan (Prema dan Thyaga) adalah dua ideal yang paling penting dalam hidup. Cintailah semuanya, bahkan mereka yang membencimu. Itulah indeks pengabdianmu. Kedamaian, kebenaran dan cinta-kasih melekat dalam setiap makhluk. Mengapa engkau mencarinya di luar dirimu? Sadarilah bahwa kualitas-kualitas ini ada dalam dirimu. Pupuklah kesabaran dan kasih sayang. Inilah cara untuk mengembangkan prinsip cinta-kasih. (Divine Discourse, Feb 13, 1997)
-BABA
Thursday, December 19, 2013
Thought for the Day - 19th December 2013 (Thursday)
Wednesday, December 18, 2013
Thought for the Day - 18th December 2013 (Wednesday)
True education means trying to manifest the inner divinity in man. How is this manifestation to be brought about? Students must receive education that illumines every aspect of life - the economic, the political, the moral, the spiritual and the physical, the mental and the social environment of man. It should not be confined to one specific sphere. Many students consider book knowledge as education. This gives them only superficial knowledge. They need practical knowledge which will enable them to lead righteous lives. Education should also result in the purification of the heart. Men and women must be taught to be sincere in thought, word and deed, as a mark of humanness. Students must also revere their parents at all times and promote the cause of social improvement. They must co-operate with all fellow-beings. These are the things all students should learn.
Pendidikan sejati berarti berusaha untuk mewujudkan keilahian yang ada di dalam diri manusia. Bagaima mewujudkan hal ini? Para siswa harus menerima pendidikan yang menerangi setiap aspek kehidupan - ekonomi, politik, moral, spiritual dan fisik, serta mental dan lingkungan sosial, tidak terbatas pada satu bidang tertentu. Banyak siswa beranggapan bahwa pengetahuan yang berasal dari buku, itu yang disebut sebagai pendidikan. Pendidikan seperti ini hanya akan memberikan kepada mereka pengetahuan yang dangkal. Mereka membutuhkan pengetahuan praktis yang akan memungkinkan mereka untuk menjalani kehidupan yang benar. Pendidikan juga harus menghasilkan pemurnian hati. Pria dan wanita harus diajarkan untuk menjadi tulus dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan, sebagai tanda kemanusiaan. Siswa juga harus menghormati orang tua mereka setiap saat dan meningkatkan kemajuan sosial. Mereka harus bekerja sama dengan semua makhluk. Inilah hal-hal yang seharusnya dipelajari oleh semua siswa. (Divine Discourse, Nov 22, 1997)
-BABA
Tuesday, December 17, 2013
Thought for the Day - 17th December 2013 (Tuesday)
Monday, December 16, 2013
Thought for the Day - 15th & 16th December 2013
Men and women must be governed by morality. In all countries morality and integrity should be like the life breath. It is only when people adhere to morality that human ideals like fraternity, equality and liberty can become meaningful in daily life. It is because of moral values having been given the go-by, that you find today’s society filled with disorder and unrest. The world will have respite from violence only when progress in science and technology is accompanied alongside by development of ethical and spiritual values. In the economic sphere, when one’s desires are governed by righteousness, a divine impulse will arise in that person. When the quest for wealth and the concern for worldly desires are based on righteousness (Dharma), the mind will spontaneously turn towards God.
Pria dan wanita harus diatur oleh moralitas. Di semua negara moralitas dan integritas harus seperti nafas kehidupan. Hanya ketika orang-orang mematuhi moralitas maka manusia ideal seperti persaudaraan, kesetaraan dan kebebasan dapat berarti dalam kehidupan sehari-hari. Karena nilai-nilai moral telah ditinggalkan, maka yang engkau temukan pada masyarakat saat ini penuh dengan kekacauan dan kerusuhan. Dunia akan berhenti dari kekerasan hanya ketika kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi disertai dengan pengembangan nilai-nilai etika dan spiritual. Di bidang ekonomi, ketika keinginan seseorang diatur oleh kebajikan, maka suatu dorongan ilahi akan muncul pada orang tersebut. Ketika pencarian kekayaan dan pemenuhan keinginan duniawi didasarkan pada kebajikan (Dharma), pikiran secara spontan akan menuju pada Tuhan. (Divine Discourse, Feb 13, 1997)
-BABA
Date: Monday, December 16, 2013
True education will make you divine. Education is not mere knowledge of words; it should broaden the mind. The mere acquisition of degrees is valueless. Character is more important and it can be developed only by taking to the spiritual path. Of what use is an education that does not promote good qualities? Together with academic education you have to acquire wisdom and a sense of right and wrong. Knowledge without wisdom, scholarship without determination, music without melody, learning without humility, a society without discipline, friendship without gratitude, and speech without truth - all these are utterly useless. Hence everyone should seek to follow the correct path. It is not greatness that matters but goodness. Make proper use of your education for the good of society.
Pendidikan sejati akan membuatmu menjadi divine. Pendidikan bukan hanya sekedar pengetahuan kata-kata; melainkan harus memperluas pikiran. Hanya dengan meraih gelar, merupakan sesuatu yang tidak berharga. Yang lebih penting adalah karakter dan ini dapat dikembangkan hanya dengan mengambil jalan spiritual. Apa gunanya pendidikan yang tidak meningkatkan sifat-sifat yang baik? Bersama-sama dengan pendidikan akademis, engkau harus memperoleh kebijaksanaan dan bisa membedakan yang benar dan salah. Pengetahuan tanpa kebijaksanaan, ilmu pengetahuan tanpa determinasi, musik tanpa melodi, belajar tanpa kerendahan hati, masyarakat tanpa disiplin, persahabatan tanpa rasa syukur, dan berbicara tanpa kebenaran - semua ini sama sekali tidak berguna. Oleh karena itu setiap orang harus berusaha untuk mengikuti jalan yang benar. Bukan kebesaran yang terpenting tetapi kebaikan. Engkau hendaknya menggunakan pendidikan-mu dengan tepat untuk kebaikan masyarakat. (Divine Discourse, Nov 22, 1997)
-BABA
Saturday, December 14, 2013
Thought for the Day - 14th December 2013 (Saturday)
Friday, December 13, 2013
Thought for the Day - 13th December 2013 (Friday)
Every individual, every family, every society and every nation seeks peace in all possible ways. People are perpetually in quest of happiness. But what is the happiness they seek? Is it worldly happiness and transient pleasures? These cannot confer true happiness. Only spiritual happiness can give true happiness. Why have people lost happiness? It is because they are afflicted with insatiable desires. These desires are the cause of various maladies. It is only by limiting desires and thereby eliminating the diseases arising from them that one can secure peace. Every person should strive in every way to achieve peace as the most desirable objective. Embodiments of Love! There is no greater happiness than contentment (Santhosham). There is no penance superior to peace of mind.
Setiap individu, setiap keluarga, setiap masyarakat dan setiap bangsa berusaha mencari kedamaian dalam berbagai cara yang mungkin. Orang-orang secara terus-menerus mencari kebahagiaan. Tetapi kebahagiaan apa yang mereka cari? Apakah kebahagiaan duniawi dan kesenangan sementara? Hal ini tidak bisa memberi kebahagiaan sejati. Hanya kebahagiaan spiritual yang dapat memberikan kebahagiaan sejati. Mengapa orang-orang kehilangan kebahagiaan? Ini disebabkan oleh keinginan yang tak terpuaskan. Keinginan ini adalah penyebab berbagai penyakit. Hanya dengan membatasi keinginan, maka dapat menyingkirkan penyakit yang ditimbulkan olehnya sehingga seseorang dapat mencapai kedamaian. Setiap orang harus berusaha dengan segala cara untuk mencapai kedamaian sebagai tujuan yang paling diinginkan. Perwujudan kasih! Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar daripada kepuasan (Santhosham). Tidak ada penebusan dosa yang lebih tinggi selain ketenangan pikiran. (Divine Discourse, Feb 13, 1997)
-BABA
Thursday, December 12, 2013
Thought for the Day - 12th December 2013 (Thursday)
You are under the mistaken notion that you are rendering service to others. You should give up such a feeling. Only then does the service you perform become real service in the strict sense of the term. Service does not merely mean helping others. The best way to love God is to love all and serve all. Your acts of service should be suffused with the spirit of love. Without the positive aspect of love, all service you render becomes negative in nature. All bodies are like bulbs and love is the main switch. Only when the main switch is pressed, will the bodies radiate light and happiness to one and all. You are switching off the main switch and trying to enjoy happiness. It is impossible! Hrid + Daya (compassion) = Hridaya (heart). Your heart should be filled with compassion. All your activities should be suffused with love. There is no strength superior to love.
Engkau berada di bawah gagasan keliru bahwa engkau memberikan pelayanan kepada orang lain. Engkau hendaknya meninggalkan perasaan seperti itu. Hanya setelah itu, pelayanan yang engkau lakukan menjadi pelayanan yang sesungguhnya. Pelayanan bukan hanya berarti membantu orang lain. Cara terbaik untuk mengasihi Tuhan adalah mengasihi semua dan melayani semua. Tindakan pelayanan yang engkau lakukan hendaknya diliputi dengan semangat cinta-kasih. Tanpa aspek positif dari cinta-kasih, semua pelayanan yang engkau lakukan akan menjadi negatif di alam. Badan jasmani dapat diibaratkan seperti bola lampu dan cinta-kasih adalah saklar utama-nya. Hanya ketika saklar utama ditekan, maka badan jasmani dapat memancarkan cahaya dan menimbulkan kebahagiaan bagi semuanya. Engkau mematikan saklar utama dan mencoba untuk menikmati kebahagiaan. Tidak mungkin! Hrid + Daya (kasih sayang) = Hridaya (hati). Hatimu hendaknya dipenuhi dengan kasih sayang. Semua aktivitasmu hendaknya diliputi dengan cinta-kasih. Tidak ada kekuatan yang lebih tinggi selain cinta-kasih. (Divine Discourse, Jan 1, 2003)
-BABA
Wednesday, December 11, 2013
Thought for the Day - 11th December 2013 (Wednesday)
Tuesday, December 10, 2013
Thought for the Day - 10th December 2013 (Tuesday)
Monday, December 9, 2013
Thought for the Day 7th - 9th December 2013
Friday, December 6, 2013
Thought for the Day - 6th December 2013 (Friday)
The same, nameless, formless and attributeless Divinity is referred to as Atma, Brahman or Vishnu by different people. The underlying principle (Atma Tattwa) is one and the same. Take the example of a house. In the front portion of the house, you will find a verandah, then a living room and also a kitchen. Thereafter, you will find a bathroom and a toilet too. Thus, there are different names for different utilities. How did they acquire these names? It is only because they are so divided by walls, for different purposes. But the truth is they are all parts of the same house. Similarly, different people have different names and they establish different relationships with many people like mother, father, brother, etc. From where did these relationships come? Everything is your own making. Remove these barriers. What then remains is a vast expanse of Oneness.
Divinity yang sama, tanpa nama, tanpa wujud dan tanpa atribut disebut sebagai Atma, Brahman atau Vishnu oleh orang yang berbeda. Prinsip yang mendasari (Atma Tattwa) adalah satu dan sama. Ambil contoh sebuah rumah. Di bagian depan rumah engkau akan menemukan beranda, kemudian ruang tamu dan juga dapur. Setelah itu, engkau akan menemukan kamar mandi dan juga toilet. Dengan demikian, ada nama yang berbeda untuk kegunaan yang berbeda. Bagaimana mendapatkan nama-nama ini? Hal ini karena dipisahkan oleh dinding, untuk tujuan yang berbeda. Tetapi sebenarnya semuanya merupakan bagian dari rumah yang sama. Demikian pula, orang yang berbeda memiliki nama yang berbeda dan mereka menjalin hubungan yang berbeda dengan banyak orang seperti ibu, ayah, kakak/adik, dll. Dari mana datangnya hubungan ini? Semuanya karena engkau sendiri yang membuatnya. Singkirkanlah hambatan tersebut, maka yang tersisa adalah hamparan luas Keesaan. (Divine Discourse, Oct 21, 2003)
-BABA
Thursday, December 5, 2013
Thought for the Day - 4th & 5th December 2013
Tuesday, December 3, 2013
Thought for the Day - 3rd December 2013 (Tuesday)
Do not consider prayer and meditation (japam and dhyanam) as the pastime of ‘freaks, geeks and cracks’. Hold fast to them, for they alone can save you from ruin. Offer to the Lord, not flowers got in exchange for a few coins or rupees from the shop, but the fragrant flowers of your own virtues. Let tears of joy be the holy water with which you seek to wash the feet of the Lord. Consider the Lord you adore, be it Hanuman or Krishna or Jesus, as comprising of all forms of Divinity. Do not argue that other forms are less and your form is greater. Be aware that every form of Divine is equally sweet.
Janganlah menganggap doa dan meditasi (japam dan dhyanam) sebagai suatu hobi yang aneh. Berpegang teguhlah pada doa dan meditasi, karena hal tersebut dapat menyelamatkanmu dari kehancuran. Persembahkan kepada Tuhan, bukan bunga seharga beberapa koin atau beberapa rupee (mata uang India) dari toko, tetapi keharuman bunga kebajikanmu sendiri. Air mata kebahagiaan menjadi air suci yang engkau gunakan untuk membasuh kaki Tuhan. Pilihlah Nama dan Wujud Tuhan yang engkau suka, baik itu Hanuman atau Krishna atau Yesus. Jangan berpendapat bahwa wujud Tuhan yang engkau pilih lebih mulia daripada wujud Tuhan yang dipilih orang lain. Engkau hendaknya menyadari bahwa setiap Nama Tuhan sama baiknya. (Divine Discourse, Nov 25, 1964)
-BABA
Monday, December 2, 2013
Thought for the Day - 2nd December 2013 (Monday)
Sunday, December 1, 2013
Thought for the Day - 1st December 2013 (Sunday)
The body is said to be the tabernacle of God. In fact the world itself is the body of God. A pinprick on the toe is immediately recognised as an injury to the self, because the toe is part of the self-same body. So too, suffering in one corner of the world is as much the concern of the Lord, as suffering in any other. The whole world is a mansion of the Lord. All countries and states are mere rooms in His mansion. Never forget that the whole world is a temple of the Lord; it is His body and He resides in it!
Badan jasmani ini dikatakan sebagai kuil Tuhan. Bahkan dunia itu sendiri adalah badan Tuhan. Sebuah tusukan peniti pada jari kaki langsung dikenali sebagai cedera pada diri kita, karena kaki adalah bagian tubuh dari badan yang sama. Demikian juga, penderitaan di salah satu sudut dunia yang mendapatkan perhatian dari Tuhan, merupakan penderitaan bagi yang lainnya. Seluruh dunia adalah rumah Tuhan. Semua negara-negara dan negara bagian hanya kamar di rumah-Nya. Jangan pernah lupa bahwa seluruh dunia adalah kuil Tuhan, itu adalah badan-Nya dan Beliau berada di dalamnya! (Divine Discourse, June 25, 1960)
-BABA