Praise and censure are reflections of the inner being. A virtuous person never criticises others; only the mean indulge in such unsacred activities. The color you see depends on the color of glasses you wear. Wear the glasses of love, and you will see love all around. Do not attach importance to criticism. If someone criticizes you loudly, it goes into thin air. If they accuse you silently, it goes to themselves. Are they criticising your body? The body is inert. Are they criticising the Atma? If so, the same Atma dwells in both and hence amounts to criticising themselves! A true seeker of truth will realise this fact! Take time to recognise the hundred faults present within yourself. Instead, why do you seek to point out the most insignificant fault in others? The bad in you reflects as the bad in others. Choose to correct yourself first! Only then will your mind become pure. Thus always develop sacred thoughts!
Pujian dan kecaman adalah pantulan dari batin seseorang. Seorang yang berbudi luhur tidak pernah mengkritik yang lain; hanya orang hina yang terlibat dalam perbuatan yang tidak suci seperti itu. Warna yang engkau lihat tergantung dari kaca mata yang engkau pakai. Pakailah kaca mata welas asih, dan engkau akan melihat welas asih di sekitarmu. Jangan menganggap penting pada kritikan. Jika seseorang mengkritikmu dengan keras, itu hanya menguap dalam udara. Jika mereka menyalahkanmu dengan diam-diam, itu juga kembali kepada mereka sendiri. Apakah mereka mengkritik badanmu? Tubuh ini bersifat lembam. Apakah mereka mengkritik Atma? Jika demikian, Atma sama yang bersemayam dalam diri keduanya dan karenanya sama dengan mengkritik diri mereka sendiri! Seorang pencari kebenaran yang sejati akan menyadari kenyataan ini! Ambillah waktu untuk menyadari seratus kesalahan yang ada di dalam dirimu. Malahan, mengapa engkau berupaya menunjukkan kesalahan yang tidak berarti pada diri orang lain? Keburukan yang dalam dirimu terpantul pada keburukan yang ada pada orang lain. Pertama-tama, pilihlah untuk memperbaiki dirimu sendiri! Hanya dengan demikian pikiranmu akan menjadi suci. Jadi, selalulah mengembangkan gagasan yang suci! (Divine Discourse, Nov 23, 1998)
-BABA
No comments:
Post a Comment