To get angry is but the effort of a moment, but to get peace, become unaffected by the ups and downs of life, is the result of years of training in Vedanta. Peace can be established only with firm faith that all material things that fall within the range of sensuous experience are fundamentally non-existent. They are products of illusion, of the tendency to see many, where only One exists. You see corpses proceeding one after another to the graveyard, yet you move about unconcerned; you feel you are eternal. In fact, you, the Divine Self is indeed eternal! Just as water you drink is eliminated as perspiration, the karma you accumulate is eliminated through karma that is gladly borne. So, bear both ‘mirth and moan’ with equal calm. Like the space in the pot merging with the space outside the pot, silently, fully, with no trace of separation or distinctness, merge with the Universal. That is real surrender, salvation and liberation!
Untuk menjadi marah adalah usaha yang sesaat, namun untuk mendapatkan kedamaian, menjadi tidak terpengaruh dengan pasang surut kehidupan adalah hasil dari latihan bertahun-tahun dalam Wedanta. Kedamaian dapat dibangun hanya dengan keyakinan yang mantap bahwa semua benda-benda material yang masuk dalam jangkauan indera pada dasarnya adalah tidak ada. Semuanya itu adalah produk dari khayalan (maya), dari kecenderungan melihat banyak, dimana hanya Satu yang ada. Engkau melihat mayat satu demi satu dibawa ke kuburan, namun engkau tidak peduli; engkau merasa bahwa engkau adalah kekal. Sejatinya, engkau adalah Atma yang sesungguhnya adalah kekal! Seperti halnya air yang engkau minum dikeluarkan dalam bentuk keringat, karma yang engkau kumpulkan dikeluarkan melalui karma yang ditanggung dengan senang hati. Jadi, tanggunglah keduanya ‘kegembiraan dan penderitaan’ dengan ketenangan yang sama. Seperti halnya ruang (akasa) yang ada di dalam pot menyatu dengan ruang yang ada di luar pot, dengan tenang, sepenuhnya, tidak ada jejak perpisahan atau perbedaan, menyatu dengan Universal. Itu adalah berserah diri yang sejati, keselamatan dan kebebasan (saranagathi)! (Divine Discourse, Feb 06, 1963)
-BABA
No comments:
Post a Comment