Monday, August 19, 2019

Thought for the Day - 19th August 2019 (Monday)

The senses say, “Why struggle? Eat, drink and be merry while you can,” but the guru says, “Death lands on you without notice; overcome its fear now, before the call comes. ‘Now’ is the true friend, ‘yesterday’ has deceived you and gone, and ‘tomorrow’ is a doubtful visitor.” Once when his eldest brother, Dharmaraja, promised a mendicant yogi some help for a ritual sacrifice and asked him to call the next day, Bhima ordered all drums to beat and all flags to fly, for, “My brother is certain to live until tomorrow! At least, that is what he believes will happen.” Death stalks your footsteps like a tiger in the bush. So without further waste of time, try to give up sloth and anger; be tranquil amidst the storms and mix in tranquil company. Let the flagrant aroma of divine thoughts, full of love to all, rise around you. The flame of experiential knowledge of Supreme Reality can reduce to cinders the impulses inherited through many births and many experiences. In the heat of that crucible, dross is burnt and precious metal is isolated. 


Indera berkata, “Mengapa harus berjuang? Makan, minum, dan kawinlah selagi engkau masih bisa,” namun Guru berkata, “Kematian mendatangimu tanpa pemberitahuan; atasi ketakutan akan kematian itu sekarang, sebelum panggilan itu datang. ‘Sekarang’ adalah teman yang sejati, ‘kemarin’ telah menipumu dan telah pergi, dan ‘besok’ adalah tamu yang penuh keraguan.” Sekali ketika kakak tertuanya yaitu Dharmaraja, menjanjikan pertolongan kepada seorang yogi dalam upacara kurban sucinya dan meminta yogi tersebut untuk mendatanginya besok, Bhima meminta semua drum untuk ditabuh dan semua bendera untuk dinaikkan, karena, “kakakku sudah pasti hidup sampai besok! Setidaknya, itu adalah apa yang dia yakini akan terjadi.” Kematian mengikuti jejak kakimu seperti halnya seekor harimau di dalam semak. Jadi tanpa menyia-nyiakan waktu lagi, cobalah untuk melepaskan kemalasan dan kemarahan; tetaplah tenang diantara badai dan bergabunglah dalam pergaulan yang menenangkan. Biarkan aroma wewangian dari pikiran yang suci, penuh kasih bagi semuanya, muncul di sekitarmu. Nyala api pengetahuan pengalaman tentang kenyataan yang tertinggi dapat mereduksi menjadi abu segala hasrat dalam diri dari banyak kelahiran dan pengalaman. Dalam panasnya cawan itu, sampah-sampah dibakar dan logam mulia diisolasi. (Divine Discourse, Feb 06, 1963)

-BABA

No comments: