Silence is the only language of the realised. Practice moderation in speech. That will help you in many ways. It will develop unconditional love (prema), for most misunderstandings and factions arise out of carelessly spoken words. When the foot slips, the wound can be healed, but when the tongue slips, the wound it causes in the heart of another will fester for life. The tongue is liable to four big errors: uttering falsehood, scandalising, finding fault with others, and excessive articulation. These have to be avoided if there has to be peace (shanti) for the individual as well as for society. The bond of universal brotherhood will be tightened if people speak less and speak sweet. Hence, silence was prescribed as a vow for spiritual aspirants by the spiritual texts. You are all spiritual aspirants at various stages of the road, so this discipline is valuable for you also.
Keheningan adalah satu-satunya Bahasa untuk yang tercerahkan. Praktikkan sikap tidak berlebih-lebihan dalam berbicara. Itu akan membantumu dalam berbagai hal. Keheningan akan mengembangkan kasih yang tidak mementingkan diri sendiri (prema), untuk semua kesalahpahaman dan perselisihan muncul dari kata-kata yang diucapkan. Ketika kaki terpeleset maka lukanya dapat disembuhkan, namun ketika lidah terpeleset maka luka yang dtimbulkan dalam hati orang lain akan membusuk dalam hidup. Lidah bisa melakukan empat kesalahan besar: mengucapkan kebohongan, skandal, mencari kesalahan orang lain, dan terlalu banyak bicara. Keempat hal ini harus dihindari jika harus ada kedamaian dalam diri dan juga dalam masyarakat. Ikatan persaudaran yang bersifat universal akan semakin dikuatkan jika manusia berbicara sedikit dan lembut. Oleh karena itu, hening disebutkan sebagai janji oleh peminat spiritual dalam naskah suci spiritual. Engkau semua adalah peminat spiritual di berbagai jenis tahapan jalan, jadi disiplin ini adalah juga penting bagimu. (Divine Discourse, Jul 22, 1958)
-BABA
No comments:
Post a Comment