Saturday, April 19, 2014

Thought for the Day - 18th & 19th April 2014

Date: Friday, April 18, 2014

There are several, who, despite chanting the Lord’s name for several hours, days and months together, did not transform themselves even one bit. The demonic nature of Ravana, Bhasmasura and Kamsa did not diminish even a little, despite their chanting of the Lord’s name. What is the reason for this? All their sense organs function with the feeling: "I am the body (Aham Dehosmi)." Those who utter the name of the Lord while being immersed in body consciousness cannot realise the Divine, however long their penance may last. You are the embodiment of Divine Consciousness. Only when you are pure, you can experience that consciousness. Through attachment to worldly pleasures one gets bound to the physical and becomes oblivious to one’s essential Divinity.

Ada beberapa orang yang meskipun menchantingkan Nama Tuhan selama beberapa jam, beberapa hari, dan beberapa bulan bersama-sama, tidak mentransformasi diri mereka bahkan sedikitpun. Sifat setan Rahwana, Bhasmasura, dan Kamsa tidak berkurang bahkan sedikitpun, meskipun mereka menchantingkan Nama Tuhan. Apa alasan untuk hal ini? Semua organ-organ indera mereka berfungsi dengan perasaan: "Akulah badan (Aham Dehosmi)" Mereka yang menyebut Nama Tuhan saat sedang tenggelam dalam kesadaran badan tidak dapat menyadari Tuhan, betapapun lamanya mereka melakukan penebusan dosa. Engkau adalah perwujudan Kesadaran Ilahi. Hanya ketika engkau murni, engkau dapat mengalami kesadaran itu. Karena kemelekatan pada kesenangan duniawi, seseorang terikat pada fisik dan menjadi lupa akan pentingnya menyadari Divinity. (Divine Discourse, “My Dear Students”, Vol 3, Ch 4, June 21, 1989)

-BABA


Date: Saturday, April 19, 2014

The first prerequisite for leading a spiritual life is Faith. Your faith must stand ridicule of the ignorant, caviling by the worldly, and laughter of the low-minded. When someone ridicules, ask yourself, ‘Are they ridiculing my body? Well, that’s fine, for, I need to escape this body attachment anyway. Are they ridiculing the Atma? That is impossible, for the Atma is beyond words or thoughts, unaffected by praise or blame.’ Second: Do not worry about ups and downs, loss or gain, or joy or grief. You yourself create the ups and downs, therefore you can straighten them as well. You crave for a thing and when you get it, you call it joy; when you don't, you call it grief. Cut off craving, and there will be no more swinging from joy to grief. Third: Rationalise and be convinced of the truth that All is Divine (Sarvam Brahmamayam). Fourth and final: Be always steady in spiritual practice until you reach the goal.

Prasyarat pertama untuk menjalani hidup spiritual adalah Keyakinan. Keyakinanmu harus tetap kokoh karena ejekan, objek-objek duniawi, dan tertawaan dari mereka yang berpikiran rendah. Ketika seseorang menertawakanmu, tanyakan pada dirimu sendiri, 'Apakah mereka menertawakan badan saya? Tidak masalah, karena saya harus melepaskan diri dari kemelekatan badan jasmani ini. Apakah mereka menertawakan Atma? Itu tidak mungkin, karena Atma melampaui kata-kata atau pikiran, tidak terpengaruh oleh pujian atau hinaan.' Kedua: Janganlah khawatir tentang pasang-surut, kerugian atau keuntungan, atau sukacita atau kesedihan. Engkau sendiri menciptakan pasang surut, karena itu engkau juga dapat memperbaikinya. Engkau menginginkan sesuatu dan ketika engkau mendapatkannya, engkau menyebutnya sebagai sukacita; ketika engkau tidak mendapatkannya, engkau menyebutnya sebagai kesedihan. Potonglah keinginan, maka tidak akan ada lagi ayunan sukacita dan kesedihan. Ketiga:Rasionalisasikan dan yakinlah akan kebenaran bahwa semua adalah Ilahi (Sarvam Brahmamayam). Keempat dan terakhir: Mantaplah selalu dalam praktik spiritual sampai engkau mencapai tujuan. (Divine Discourse, May 16, 1964)

-BABA

No comments: