In the Gita, our body is described as the Kshetra and the Lord who resides in it is called the Kshetragna. Devotees who have a sacred heart and who entertain sacred thoughts go on pilgrimage to sacred places (also called Kshetras). They are undertaking a pilgrimage to such centres only because they believe those places to be sacred. If they are not sacred, there is no need for them to undertake such a pilgrimage at such expense of money and energy. As in this analogy, because the human body is sacred people establish connections between each other. If truly the body of an individual does not undertake a sacred task and lead a sacred life, no one will want to have any relationship with it. Therefore anyone who claims to keep the body sacred should make an attempt to indulge only in good actions, good thoughts, and good deeds.
Di dalam Gita dijelaskan, tubuh kita dijabarkan sebagai Kshetra dan Tuhan yang ada di dalamnya disebut dengan Kshetragna. Para bhakta yang memiliki hati yang suci dan yang memiliki pikiran yang suci menempuh perjalanan suci ke tempat-tempat suci (juga disebut Kshetra). Mereka sedang melakukan perziarahan ke pusat kesucian karena mereka percaya bahwa tempat-tempat itu adalah suci. Jika tempat-tempat itu tidak suci maka tidak ada gunanya bagi mereka untuk melakukan perziarahan dengan mengeluarkan banyak uang dan energi. Sama dengan perumpamaan ini, karena tubuh manusia adalah suci maka manusia mengadakan hubungan satu dengan yang lainnya. Jika benar-benar bahwa tubuh seorang individu tidak melakukan sebuah tugas yang suci dan menjalankan hidup yang suci, tidak ada seorangpun yang akan mau memiliki hubungan dengannya. Maka dari itu, siapapun yang menyatakan untuk menjaga tubuh tetap suci seharusnya melakukan suatu usaha untuk hanya terlibat dalam perbuatan yang baik, pikiran yang baik, dan perbuatan yang baik saja. (Summer Showers in Brindavan, 1974, Vol 1, Ch 2.)
-BABA
No comments:
Post a Comment