People have three
chief instruments for uplifting themselves: intelligence, mind, and senses.
When the mind gets enslaved by the senses, you get entangled and bound. The
same mind, when regulated by the intellect, can make one aware of one’s reality
(Atma). The mental power gained from spiritual practice must be directed to
turn the mind away from wrong paths. Direct your senses using the principle of
intelligence (buddhi), and release them from the hold that the mind has on
them. The mind (manas) is a bundle of thoughts, a complex of wants and wishes.
As soon as a thought, desire or wish raises its head from the mind, the
intellect (buddhi) must probe its value and validity — is it good or bad, will
it help or hinder, where will it lead or end. If the mind does not submit to
this probe, it will land itself in deep trouble. If the mind obeys your
intelligence, your spiritual progress will be accelerated.
Orang-orang memiliki
tiga instrumen utama untuk meningkatkan diri mereka sendiri: intelek, pikiran,
dan indra. Ketika pikiran diperbudak oleh indra, engkau terjerat dan terikat.
Pikiran yang sama, ketika diatur oleh intelek, dapat membuat seseorang
menyadari realitasnya (Atma). Kekuatan mental yang diperoleh dari praktik
spiritual harus diarahkan untuk mengubah pikiran menjauh dari jalan yang salah.
Arahkanlah indramu menggunakan prinsip intelek (buddhi), dan lepaskanlah mereka
dari genggaman bahwa pikiran ada padanya. Pikiran (manas) adalah bundel
pikiran, keinginan dan harapan yang kompleks. Begitu pikiran, keinginan
atau harapan mengangkat kepalanya dari pikiran, intelek (buddhi) harus
memeriksa nilai dan validitas - apakah itu baik atau buruk, itu akan membantu
atau menghalangi, kemana ia akan membawa atau mengakhiri. Jika pikiran tidak
tunduk kepada penyelidikan ini, itu akan mendaratkan dirinya dalam kesulitan
besar. Jika pikiran mematuhi intelekmu, kemajuan spiritualmu akan dipercepat.
(Sutra Vahini, Ch 1)
-BABA
No comments:
Post a Comment