People yield to delusion and become one with the darkness caused by false values and attachment to the unreal, the ‘me’ and ‘mine’. But the scripture (Shastra) is like a mother; she does not give up. She persists and pursues; she reminds you of your goal so that you will be saved. The scriptures are to be considered as the cause of the awareness of the incomprehensible, immeasurable and inexpressible Brahman. The scriptures are numberless, and a lifetime is too short. Aspirants are plenty; doubts and hesitations are numerous; steadfastness is meager. As a result, no one can claim full mastery. But you need not drink the entire ocean to know its taste; one drop is enough. Similarly, it is impossible to understand all the contents of the scriptures. But it is enough to grasp the important lesson that it teaches and put it into practice. The lesson is: constant remembrance of the Divine.
Orang-orang menyerah pada delusi dan menjadi satu dengan kegelapan yang disebabkan oleh nilai-nilai palsu dan kemelekatan pada yang tidak nyata, 'aku' dan 'milikku'. Tetapi Kitab Suci (Shastra) adalah seperti seorang ibu; dia tidak pernah menyerah. Dia tetap bertahan dan mengejar; dia mengingatkan engkau tentang tujuanmu sehingga engkau akan aman. Kitab suci hendaknya dianggap sebagai penyebab kesadaran yang tidak dapat dimengerti, tidak terukur, dan tak terkatakan yaitu Brahman. Kitab suci tak terhitung jumlahnya, dan seumur hidup terlalu singkat. Para aspiran (peminat spiritual) banyak; kesangsian dan keragu-raguan banyak; ketabahan sangat sedikit. Akibatnya, tidak seorang pun menyatakan menguasai kitab suci. Tetapi engkau tidak perlu meminum seluruh air laut untuk mengetahui rasanya; satu tetes sudah cukup. Demikian pula, tidak mungkin untuk memahami semua isi kitab suci. Tetapi sudah cukup untuk memahami pelajaran penting yang diajarkan dan mempraktikkannya. Pelajarannya adalah: mengingat Tuhan secara terus-menerus. [Sutra Vahini Ch. 2]
-BABA
No comments:
Post a Comment