We know a great deal about the cosmos. Physical sciences discovered much using the instruments of human mind and the eye. The eye and mind describe and analyze things as they are, as they see at that moment. However the objects they see are subject to constant flux and change. We have the least awareness about the truth that doesn’t change. That unchanging principle is Brahman, the Eternal Divine Principle, on which the manifest Universe is based. Do not hesitate to accept this fact or doubt it just because your eye or mind cannot perceive it. A person who sees the dry stump of a tree at night is afraid that it may be a ghost or a bizarre human being. It is neither, though it is perceived as either. The reason for this misperception is ‘darkness’. Darkness imposes on something, something else that is not there. Similarly false perception (maya) veils and renders Divine (Brahman) as unreal.
Kita mengetahui banyak tentang alam semesta. Ilmu fisika menemukan banyak instrumen pada pikiran dan mata manusia. Mata dan pikiran menggambarkan dan menganalisis hal-hal seperti apa yang mereka lihat, karena mereka melihat pada saat itu. Namun objek yang mereka lihat tergantung pada perubahan yang terjadi. Kita memiliki kesadaran tentang kebenaran yang tidak berubah. Prinsip yang tidak berubah itu adalah Brahman, Prinsip Ketuhanan yang Abadi, yang didasarkan pada Alam Semesta. Janganlah ragu untuk menerima kenyataan ini atau ragu hanya karena matamu dan pikiranmu tidak bisa melihatnya. Seseorang yang melihat kayu kering pohon di malam hari merasa ketakutan mengira itu sebagai hantu atau manusia gaib. Sesungguhnya tidaklah demikian. Alasan untuk kesalahan persepsi ini adalah 'kegelapan'. Kegelapanlah yang menyebabkan hal tersebut, sesuatu yang lain yang sesungguhnya tidak ada. Demikian pula persepsi yang salah (maya) menyelubungi dan membuat Ilahi (Brahman) sebagai yang tidak nyata. (Divine Discourse, 18 March 1999)
-BABA
No comments:
Post a Comment