The devotee's feelings determine their concept of God. When a devotee prays, "Oh Lord! I am suffering intensely. Can't you see the troubles I am going through?" The Lord appears to him only as a pair of eyes. Today, most people meditate and during meditation, they appear like yogis. After the meditation is over, they return to their daily activities, immersing themselves in mundane pleasures. This is not the way of life the Lord preached. Lord Krishna declared: Sathatham Yoginah (Be yogis at all times). Think of the Divine at all times, in all situations, in whatever you see, do, say or experience. To pray to God when you are comfortable and to blame God when you are in trouble reflects a selfish and narrow outlook. What is bound to happen cannot be prevented. Regard anything that happens as a gift from God. It is only when you develop such faith and love for God that true spirituality can grow.
Perasaan para bhakta menentukan konsep mereka tentang Tuhan. Ketika seorang bhakta berdoa, "Oh Tuhan! Saya sangat menderita. Bisakah Engkau melihat masalah yang saya alami?" Tuhan nampak kepadanya hanya sebagai sepasang mata. Saat ini, kebanyakan orang bermeditasi dan selama meditasi, mereka nampak seperti yogi. Setelah meditasinya selesai, mereka kembali pada aktivitasnya sehari-hari, membenamkan diri dalam kesenangan duniawi. Ini bukanlah cara hidup yang diajarkan Tuhan. Sri Krishna menyatakan: Sathatham Yoginah (menjadi yogi setiap saat). Engkau hendaknya memikirkan Tuhan setiap saat, dalam segala situasi, dalam apa pun yang engkau lihat, lakukan, katakan atau alami. Berdoa kepada Tuhan saat engkau merasa nyaman dan menyalahkan Tuhan ketika engkau berada dalam kesulitan mencerminkan pandangan yang egois dan sempit. Apa yang pasti akan terjadi tidak dapat dicegah. Anggaplah apapun yang terjadi sebagai hadiah dari Tuhan. Hanya ketika engkau mengembangkan keyakinan tersebut dan mengembangkan cinta-kasih kepada Tuhan maka spiritualitas sejati bisa tumbuh. (Divine Discourse, 3 Sep 1988)
-BABA
No comments:
Post a Comment