Difficulties, troubles and worries come in the natural course as a consequence of past actions. Human birth is the result of Karma (past actions); there can be no escape from its consequences. As is your action, so is the reaction. When you stand before a mirror and offer salutation, your salutation gets reflected to you. If you address harsh words to the mirror, the harshness again comes back in the same manner. It is evident that the fruits of our actions are determined by the nature of our actions. Man is an image of God. ‘God appears in human form (Daivam maanusha rupena)’ declares the scriptures. God does not come down as Avatar to relieve specific individuals of their troubles and sorrow, and to confer joy and happiness on them. God takes a human form from time to time to show humanity how human lives can be divinised.
Kesulitan, masalah, dan kekhawatiran muncul dalam perjalanan alami sebagai konsekuensi dari tindakan masa lalu. Kelahiran manusia adalah hasil dari Karma (tindakan masa lalu); tidak ada seorangpun yang dapat melarikan diri dari konsekuensinya. Bagaimanapun tindakanmu, demikianlah reaksinya. Ketika engkau berdiri di depan cermin dan memberikan salam/penghormatan, salam/penghormatanmu akan tercermin kepadamu. Jika engkau berbicara kata-kata kasar ke cermin, dengan cara yang sama, kata-kata kasar akan kembali padamu. Jelaslah bahwa buah dari tindakan kita ditentukan oleh sifat dari tindakan kita. Manusia adalah bayangan Tuhan. Dalam kitab suci disampaikan 'Tuhan muncul dalam wujud manusia (Daivam maanusha rupena)’. Tuhan tidak turun sebagai Avatar untuk meringankan individu tertentu dari masalah dan penderitaan mereka, dan untuk memberikan sukacita dan kebahagiaan pada mereka. Tuhan mengambil wujud manusia dari waktu ke waktu untuk menunjukkan bagaimana manusia menjalankan kehidupannya agar bisa menjadi divine. (Divine Discourse, 3 Sep 1988)
-BABA
No comments:
Post a Comment