By carrying a bundle of sandalwood, can a donkey become an elephant? The donkey will sense the difference in weight but not the scent! On the other hand, the elephant disregards the weight and inhales the sweet scent. So too, the spiritual aspirant, or devotee will take in only the pure truth, the pure essence of good activities, of godliness and scriptures. On the other hand, one who goes on arguing for the sake of mere scholarship, learning, and disputation will know only the weight of logic, missing the scent of truth! Love (prema) is the most effective instrument for constantly remembering the Lord. Keeping that instrument safe and strong needs the power of discrimination (Viveka). Many in the world utilize their vast learning in disputation to prove their superiority; this is a great mistake. If they really were so learned, they would silently experience the core, the pure Divine.
Dengan membawa seikat kayu cendana, dapatkah seekor keledai menjadi seekor gajah? Keledai akan merasakan ada yang beda dalam berat namun tidak dengan aromanya! Sebaliknya, seekor gajah tidak memperdulikan suatu berat benda tetapi menghirup bau wangi aroma. Begitu juga dengan peminat spiritual atau pemuja Tuhan (bhakta) hanya akan mengambil kebenaran yang murni, intisari yang murni dari perbuatan baik, dan kebaikan dari kitab suci. Sebaliknya, seseorang yang berdebat untuk kepentingan kesarjanaan semata, belajar dan perdebatan hanya akan mengetahui takaran logika dan kehilangan aroma dari kebenaran! Cinta kasih (prema) adalah sarana yang paling efektif untuk secara tanpa henti mengingat Tuhan. Untuk menjaga agar sarana itu tetap aman dan kuat maka memerlukan kekuatan dari kemampuan membedakan (Viveka). Banyak orang yang ada di dunia ini memanfaatkan pengetahuan mereka yang luas dalam perdebatan untuk membuktikan kehebatan mereka; ini adalah kesalahan yang besar. Jika mereka adalah terpelajar, mereka akan diam untuk mengalami inti dari keillahian yang suci. (Prema Vahini, Ch 44)
-BABA
No comments:
Post a Comment