Yama (Lord of Death) is as omnipresent as Siva! Yama is associated with the body (deha); He cannot affect the individual soul (jiva). The body is the essential vehicle for the individual soul to understand its real nature. Still, who knows when it may become the target for the attention of Yama, the master of the body? Who knows when this body will get entrapped in the coils of Yama’s ropes? The individual soul, burdened with this easily destructible body, must pay attention to this fact and be all-eager to merge in Siva! People usually procrastinate tasks - yesterday’s tasks are delayed to today and today’s tasks to tomorrow. But the tasks of spiritual discipline are not of such a nature. The minute that just elapsed is beyond your grasp; so too, the approaching minute is not yours! Only that individual soul which has this understanding engraved in its heart can merge in Siva.
Yama (Dewa Kematian) adalah bersifat ada dimana-mana sama halnya dengan Siva! Yama dihubungkan dengan badan jasmani (deha); Beliau tidak dapat mempengaruhi jiwa di dalam diri setiap individu. Badan jasmani pada dasarnya merupakan sebuah kendaraan bagi jiwa untuk memahami sifat sejatinya. Namun, siapa yang tahu kapan badan jasmani menjadi target dari Dewa Yama, penguasa dari badan jasmani? Siapa yang mengetahui kapan badan jasmani ini akan terperangkap ke dalam gulungan tali dari Dewa Yama? Jiwa dibebani dengan badan jasmani yang mudah rusak maka dari itu seseorang harus menaruh perhatian pada kenyataan ini dan semuanya menjadi bersemangat untuk menyatu dengan Siwa! Orang-orang biasanya menunda pekerjaan - pekerjaan kemarin ditunda untuk hari ini dan pekerjaan hari ini ditunda untuk esok hari. Namun tugas dalam disiplin spiritual bukanlah seperti itu. Menit yang sudah berlalu berada di luar genggamanmu; begitu juga menit yang akan datang bukanlah milikmu! Hanya jiwa yang memiliki pemahaman tentang ini yang terukir di dalam hatinya dapat menyatu dengan Siva. (Prema Vahini, Ch 39)
-BABA
No comments:
Post a Comment